Mengevaluasi kesesuaian penerapan sistem budidaya lorong di berbagai kondisi curah hujan tahunan
Dalam mengevaluasi kesesuaian penerapan sistem budidaya lorong di berbagai kondisi curah hujan tahunan diasumsikan bahwa respon tanah, tanaman semusim dan pohon terhadap parameter lingkungan dan distribusi hujan adalah sama di semua wilayah. Simulasi didasarkan atas data yang diukur di Ultisol, Lampung dan parameter default WaNuLCAS 2.0 dengan pola tanam jagung-kacang tanah dalam sistem budi daya lorong peltophorum (PP) atau gliricidia (GG) dengan pemupukan 90 kg N ha-1. Simulasi dibuat untuk perbedaan total curah hujan tahunan. Curah hujan yang disimulasikan mewakili daerah semiarid (curah hujan tahunan < 1000 mm), subhumid (1000-2000 mm) dan humid (>2000 mm).
Hasil simulasi menunjukkan bahwa tidak ada pencucian nitrogen bila curah hujan di bawah 620 mm, dan tidak ada air terdrainasi keluar dari zone perakaran. Pencucian mineral N meningkat dengan nyata antara curah hujan 931-4653 mm khususnya di GG. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya tingkat mineralisasi hasil pangkasan gliricidia dibandingkan dari pangkasan peltophorum. Efisiensi jaring penyelamat hara N menurun dengan meningkatnya jumlah hujan di atas 931mm. Produksi jagung maksimum di PP diperoleh di atas curah hujan 1241 mm tetapi di GG hasil maksimum diperoleh pada curah hujan 931 mm . Penurunan hasil jagung di GG dengan curah di atas 1000 mm mungkin dikarenakan pertumbuhan pohon gliricidia yang cepat dan sehingga terjadi kompetisi cahaya yang lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi di PP mungkin karena perbedaan bentuk canopy pohon peltophorum dan produksi biomassa pohon yang lebih sedikit pada saat pertumbuhan tanaman jagung. Produksi kacang tanah maksimum diperoleh di atas curah hujan tahunan 2000 mm baik di sistem PP and GG. Hal ini terutama karena pertumbuhan kacang tanah terhambat karena kekurangan air di curah hujan yang rendah. Cannell et al. (1998) mengemukkan bahwa curah hujan di bawah 800 mm, pohon memiliki produktivitas yang rendah, di mana tidak dapat mengkompensasi kehilangan produksi biji-bijian tanaman semusim karena kompetisi cahaya dan air. Hasil mereka juga menyarankan bahwa total curah hujan tahunan antara 800–1000 mm, produktivitas pohon dapat mengkompensasi kehilangan produksi biji-bijian tanaman semusim, dengan hanya sedikit terjadi peningkatan produktivitas lahan. Namun demikian total curah hujan di atas 1000 mm, produktivitas total meningkat dengan kondisi keberadaan pohon.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa tidak ada pencucian nitrogen bila curah hujan di bawah 620 mm, dan tidak ada air terdrainasi keluar dari zone perakaran. Pencucian mineral N meningkat dengan nyata antara curah hujan 931-4653 mm khususnya di GG. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya tingkat mineralisasi hasil pangkasan gliricidia dibandingkan dari pangkasan peltophorum. Efisiensi jaring penyelamat hara N menurun dengan meningkatnya jumlah hujan di atas 931mm. Produksi jagung maksimum di PP diperoleh di atas curah hujan 1241 mm tetapi di GG hasil maksimum diperoleh pada curah hujan 931 mm . Penurunan hasil jagung di GG dengan curah di atas 1000 mm mungkin dikarenakan pertumbuhan pohon gliricidia yang cepat dan sehingga terjadi kompetisi cahaya yang lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi di PP mungkin karena perbedaan bentuk canopy pohon peltophorum dan produksi biomassa pohon yang lebih sedikit pada saat pertumbuhan tanaman jagung. Produksi kacang tanah maksimum diperoleh di atas curah hujan tahunan 2000 mm baik di sistem PP and GG. Hal ini terutama karena pertumbuhan kacang tanah terhambat karena kekurangan air di curah hujan yang rendah. Cannell et al. (1998) mengemukkan bahwa curah hujan di bawah 800 mm, pohon memiliki produktivitas yang rendah, di mana tidak dapat mengkompensasi kehilangan produksi biji-bijian tanaman semusim karena kompetisi cahaya dan air. Hasil mereka juga menyarankan bahwa total curah hujan tahunan antara 800–1000 mm, produktivitas pohon dapat mengkompensasi kehilangan produksi biji-bijian tanaman semusim, dengan hanya sedikit terjadi peningkatan produktivitas lahan. Namun demikian total curah hujan di atas 1000 mm, produktivitas total meningkat dengan kondisi keberadaan pohon.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment