Melaksanakan Persiapan Lahan Produksi Tanaman Buah Semusim bag 2
a. Cara pengolahan lahan
Cara pengolahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.1) Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu. Metode ini biasanya banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran. Alat-alat yang digunakan dalam system pengolahan ini antara lain cangkul, sekop, bajak, garu, untuk yang dua terakhir penggunaannya dibantu dan digerakkan oleh hewan. Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar, karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong. Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak mengalami kekurangan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya.2) Pengolahan Lahan Secara Mekanis
Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk tanaman perkebunan atau pengelolaannya secara besar dan memiliki lahan yang luas.a) Kelebihan pengolahan lahan secara mekanis
Pengolahan lahan dengan secara mekanis ini memiliki kelebihan kelebihan antara lain sebagai berikut :- Secara Teknis
- Secara Ekonomis
- Keuntungan Waktu
b) Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis
Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis antara lain sebagai berikut:- Faktor Teknis
- Faktor ekonomi
- Faktor Sumber Daya Manusia
c) Persyaratan lahan siap diolah
Ada beberapa hal yang perlu disiapkan agar lahan siap untuk diolah secara mekanis, yaitu :- Topografi (kenampakan permukaan lahan) Traktor dapat bekerja pada lahan dengan topografi yang terbatas. Untuk traktor roda empat sebaiknya jangan melebihi 20°. Apabila lahan terlalu miring, traktor bisa terguling. Lahan yang bergelombang juga akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan. Sebaiknya lahan yang demikian dibuat berteras sehingga lahan bisa memenuhi syarat untuk diolah secara mekanis. Selain itu, traktor sebagai kendaraan beroda, memerlukan jalan dan jembatan untuk memasuki lahan yang akan diolah. Pembuatan teras, jalan, dan jembatan tidak dibahas dalam modul ini.
- Vegetasi (tanaman yang tumbuh di lahan) Batang tanaman dan sisa tanaman yang cukup besar akan menghambat implemen masuk ke dalam tanah, sehingga hasil pengolahan tidak efektif. Batang tanaman yang lentur tetapi kuat (liat) akan tergulung oleh putaran mesin rotari, sehingga akan menambah beban dan dapat merusak mesin. Akar tanaman yang kuat (liat) dan saling berhubungan akan mengikat tanah sehingga susah untuk diolah. Vegetasi yang sekiranya mengganggu harus dipindakan dari lahan atau dihancurkan.Vegetasi tersebut bisa dibabat dengan parang/arit.Sekarang sudah ada mesin pemotong yang digerakkan oleh traktor.
- Bebatuan yang besar dan keras, apabila tertabrak oleh implemen, dapat merusak implemen. Mata bajak singkal atau piringan bisa pecah, sedangkan pisau mesin rotari bisa patah. Batu-batu yang besar harus disingkirkan terlebih dahulu dari lahan sebelum diolah, dengan cara dicongkel dengan linggis atau digali dengan cangkul. Batu yang telah tergali dapat diangkat untuk disingkirkan ke tepi lahan. Sedang batu-batu yang kecil dapat disingkirkan setelah lahan diolah.
- Kadar air tanah . Kondisi kadar air tanah akan mempengaruhi sifat dari tanah itu sendiri. Pada tanah yang terlalu kering, tanah akan sangat keras dan padat. Apabila diolah, akan memerlukan implemen yang kuat dan daya tarik traktor yang sangat besar. Sehingga pengolahan akan tidak efisien. Tanah hasil olahan berpariasi dari bongkahan besar sampai tanah yang hancur. Selain itu juga menimbulkan debu yang berterbangan. Apabila tanah dibasahi, tanah akan melunak. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna tanah menjadi lebih gelap. Namun apabila tanah diambil dan digulung-gulung tidak liat dan tidak lengket, namun remah (pecah-pecah). Kondisi ini cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah kering. Apabila tanah dibasahi lagi, tanah akan liat dan lengket. Apabila diolah, akan lengket di implemen dan roda traktor. Hasil pengolahan tidak akan sempurna (tidak efektif). Sementara putaran roda traktor mudah slip. Tanah dalam kondisi ini, kemampuan menyangganya sangat rendah, sehingga traktor yang memasuki lahan, rodanya akan masuk ke dalam tanah. Apabila tanah lebih dibasahi lagi, tanah akan menjadi lumpur. Tanah tidak akan lengket lagi namun dapat mengalir. Kondisi ini juga cocok untuk dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan pada kondisi ini sering dinamakan pengolahan tanah basah.
d) Tahapan kegiatan pengolahan tanah secara mekanis
- Pengolahan pertama sedalam ± 30 cm dengan traktor yang dilengkapi bajak piringan berdiameter 71 cm, ada yang dilakukan pembajakan ulang dilakukan 4 minggu setelah pembajakan pertama dengan arah 45 dari pembajakan pertama
- Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan pertama antara lain:
- bajak singkal (moldboard plow)
- bajak piring (disk plow)
- bajak pisau berputar (rotary plow)
- bajak chisel (chisel plow)
- bajak subsoil (subsoil plow)
- bajak raksasa (giant plow)
- Cara pengolahan pertama antara lain sebagai berikut:
- Buat batas-batas lahan yang akan diolah dan tempat head land apabila diperlukan
- Traktor dibawa ke lahan dan diletakkan sesuai dengan pola yang diinginkan. Ada beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk lahan dan jenis alat yang digunakan, yaitu : pola tengah, pola tepi, pola keliling, pola tengah, pola keliling tepi, dan pola bolak balik rapat (lihat mata pelajaran dasar Alat Mesin Pertanian)
- Atur gas dan posisi gigi persneling yang direkomendasikan oleh pabrik. Untuk itu sangat disarankan agar operator membaca buku petunjuk pengoperasian (manual) - Pembajakan dimulai. Kedalaman pembajakan untuk alur pertama (pada saat kedua roda traktor belum masuk ke alur), tidak perlu terlalu dalam.
- Pada saat berbelok, implemen diangkat
- Pembajakan selanjutnya dilakukan dengan cara memasukkan salah satu roda ke alur. Kedalaman pembajakan otomatis menjadi lebih dalam.
- Dua sampai empat alur terakhir (tergantung dari panjang traktor dan lebar kerja alat bajak), head land mulai dibajak.
- Pengolahan kedua yaitu Penggaruan satu kali dilakukan setelah 3-4 minggu dari pembajakan dengan traktor yang dilengkapi garu.
- Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah kedua adalah :
- garu piring (disk harrow)
- garu palcu (splice tooth harrow)
- garu pegas (spring tooth harrow)
- garu rotari, dan
- garau khusus (special harrow)
- Setelah dilakukan pengolahan tanah pertama, kondisi tanah masih berbentuk bongkahan besar dan keras, maka perlu dilakukan penggemburan dengan cara melakukan penggemburan tanah dengan bajak rotary yang ditarik dengan traktor (apabila pengolahannya menggunakan alat mekanis), dan menggunakan garu atau cangkul apabila dilakukan secara tradisional, adapun langkah-langkah sebagai berikut :
- Melakukan pencangkulan/pengolahan dengan rotary/garu, pada tanah yang telah dibajak
- Bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan sampai menjadi gembur dan halus
- Pada saat melakukan penggemburan tanah sekaligus membuang gulma dan seresah-seresah yang tertinggal dengan cara mengambilnya atau membenamkan ke dalam tanah.
- Setelah tanah digemburkan kemudian diratakan dan dibentuk petakan/bedengan sehingga memudahkan dalam pekerjaan berikutnya.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment