-->

Pengukuran erosi

Pengukuran erosi dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Pengukuran di daerah yang mengalami erosi
Pengukuran di daerah yang mengalami erosi Dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.

a. Secara kualitatif : Dengan melakukan observasi atau pengamatan ada / tidaknya kehilangan tanah. Pengamatan tersebut antara lain dengan melihat:
1) Adanya gejala erosi (pada gejala erosi yang sifatnya telah lanjut mudah diamati misalnya ada erosi alur, erosi parit)
2) Adanya perubahan warna tanah yang memucat, sebagai tanda adanya erosi lembar.
3) Adanya pemunculan tanah bawah ( tanah induk) atau muncul akar tanaman. Selain dengan observasi seperti tersebut diatas, dapat dilakukan dengan cara kuantitiatif atau pengukuran kasar. Cara ini misalnya ;
a) Mengukur botol yang dibalik/tongkat ukur yang ditanam dalam tanah, lalu pada waktu kemudian diamati. Cara ini hanya dilakukan pada daerah yang cukup besar erosinya.
b) Mengukur elevasi muka tanah dan membandingkan dengan titik atau tempat yang tetap, akan diketahui ketinggiannya sehingga erosi yang terjadi dapat ditentukan.

b. Secara kuantitatif: Cara ini yang sering dilakukan karena dapat menghitung besarnya erosi secara kuantitatif, yaitu dengan menampung tanah dan air pada areal tertentu. Cara ini dibedakan menjadi dua, yaitu menanpung tanah dan air pada suatu lahan dan menampung tanah dan air pada suatu plot standar.
1) Penampungan tanah dan air pada suatu areal lahan. Pertama-tama ditentukan areal lahannya, lalu pada outlet dipasang penampung. Kelemahan cara ini adalah penampung yang dipasang sangat besar sehingga mengganggu kerja lapangan disamping biayanya mahal juga mengurangi luasan lahan. Selain itu kita tidak tahu pasti asal atau bagian mana yang mengalami erosi. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan cara kedua, yaitu :
2) Penampungan tanah dan air dengan plot standar Ukuran plot standar, lebar 6 ft dan panjang 72,6 ft. plot standar dilengkapi dengan tempat pengumpulan (collector) yang tertutup. Plot standar dibatasi dengan seng selebar kurang lebih 30 cm, bagian dari seng yang ditanam sedalam 20 cm sehingga yang diatas muka tanah setinggi 10 cm. Dengan plot standar selain untuk mengatasi cara pertama, juga dapat untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi erosi secara kuantitatif sesuai dengan kejadian hujannya. Dalam hal ini plot standar dilengkapi pula dengan alat penangkar hujan.

2. Pengukuran sedimen hasil erosi pada sungai
Pengukuran besarnya erosi dari suatu daerah dengan mengukur besarnya sedimen pada sungai banyak dilakukan untuk mengukur umur 47 waduk. Sedimen pada sungai terdiri dari muatan suspensi (suspended load) dan muatan dasar (bed load). Di sini yang dihitung sebenarnya adalah besarnya tanah yang hilang yang sampai ke saluran atau sungai. Cara ini digunakan untuk satu periode, tidak seperti plot standar yang menghitung besarnya kehilangan tanah setiap kejadian hujan. Jadi yang terlihat pada pengukuran ini adalah tendensi dari keseluruhan area.

Metode pemodelan erosi sudah berkembang dengan baik hingga saat ini dan dari waktu ke waktu selalu dilakukan revisi ataupun modifikasi untuk memperoleh hasil prediksi yang realistis dan mendekati kondisi aktual di lapangan. Dari sekian pemodelan erosi tanah pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masingmasing sesuai dengan lokasi kajian. Penerapan sebuah pemodelan erosi di suatu daerah harus mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain ketersediaan data serta kesesuaian model dengan kondisi fisik daerah kajian. Hasil dari pemodelan tentunya diperlukan sebuah validasi ataupun pembanding dengan laju erosi sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Dengan demikian, adanya suatu metode pengukuran erosi tanah di lapangan menjadi penting untuk dipelajari. Metode pengukuran erosi di lapangan secara langsung di lapangan juga dapat digunakan sebagai perkiraan awal tingkat erosi pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Keuntungan utama dari metode sidik cepat ini adalah karena murah dalam biaya serta sederhana, dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak dengan dengan demikian hasilnya pun dapat lebih meyakinkan (Hudson, 1993). Peralatan ataupun bahan yang dibutuhkan pun relatif mudah didapat dan sederhana. Metode pengukuran erosi lapangan ini sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran proses erosi yang terjadi pada petani/pemilik lahan, karena sifat dari metode ini yang mudah dipahami.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment