Empat tahap perkembangan phytoplankton
Menurut Erlina dan Hastuti (1986) grafik pertumbuhan phytoplankton tersebut mengalami empat tahap perkembangan yang berbeda (Gambar 1) yaitu:
1. Tahap Adaptasi
Tahap adaptasi yaitu tahap sel menyesuaikan diri dengan media kultur yang sudah dipupuk atau diberi nutrien. Tahap adaptasi dengan lingkungan yang baru, populasi tidak berubah untuk sementara waktu.Sesaat setelahpenambahan inokulumkedalam media kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat. Secara fisiologis phytoplankton sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel belum meningkat.
2. Tahap pembelahan
Tahap pembelahan yaitu tahap sel yang telah mengabsorbsi zat-zat hara dan mulai melakukan pembelahan sel. Pada tahap pembelahan ini beberapa ahli mengelompokkan menjadi tahapan
Eksponensial/logaritmik karena pada tahap ini biasanya diawali oleh pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Selain itu juga dapat ditandai dengan pembiakan sel yang cepat dan konstan.
3. Tahap Pertumbuhan dipercepat
Tahap pertumbuhan dipercepat yaitu tahap sel mengalami pembelahan berkali-kali akibat faktor lingkungan yang sangat mendukung proses pertumbuhan.
4. Tahap Stasioner
yaitu tahap jumlah sel sudah mencapai puncaknya dan kecepatan pertumbuhan sel seimbang dengan faktor pembatas. Pada tahap ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah phytoplankton relatif sama atau seimbang sehingga kepadatan phytoplankton tetap. Terjadinya penurunan kecepatan perkembangan secara bertahap. Jumlah populasi konstan dalam waktu tertentu sebagai akibat dari penghentian pembiakan sel-sel secara total atau adanya keseimbangan antara tingkat kematian dan tingkat pertumbuhan. Kecepatan tumbuh mulai melambat, faktor yang berpengaruh adalah kekurangan nutrient, laju suplai CO2 atau O2, dan perubahan nilai pH.
5. Tahap Kematian
Tahap kematian yaitu tahap menurunnya jumlah sel akibat lingkungan sudah tidak mendukung untuk perkembangan sel. Pada tahap ini laju kematian lebih cepat daripada laju reproduksi. Jumlah sel menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan phytoplankton ditandai dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi temperature, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan yang lain.Tingkat kematian lebih tinggi dari tingkat perkembangan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Perhitungan laju pertumbuhan phytoplankton pada saat melakukan budidaya phytoplankton harus dilakukan secara kontinue, untuk pakan alami phytoplankton yang mempunyai siklus reproduksi yang singkat hanya dalam hitungan hari maka pemantauan laju pertumbuhan harus dilakukan setiap hari. Perhitungan laju pertumbuhan phytoplankton dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu Haemocytometer. Dalam melakukan perhitungan agar tidak terjadi bias dalam memperoleh data maka harus dilakukan minimal tiga kali ulangan. Berdasarkan hasil pemantauan pertumbuhan phytoplankton setiap hari akan dapat diperoeh kurva pertumbuhan phytoplankton yang telah diamati. Berdasarkan hasil pengamatan untuk budidaya phytoplankton jenis Tetraselmis chuii dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan pertumbuhan phytoplankton jenis Chlorella sp dapat di lihat pada Gambar 3.
Perhitungan laju pertumbuhan phytoplankton dapat diukur dengan melakukan pengukuran kepadatan phytoplankton di dalam wadah budidaya. Dengan adanya penambahan jumlah sel didalam wadah budidaya maka telah terjadi pertumbuhan. Oleh karena itu dengan melakukan penghitungan kepadatan phytoplankton digunakan sebagai salah satu ukuran mengetahui pertumbuhan phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur, dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan menggunakan Haemacytometer.
Haemacytometer adalah alat yang biasanya digunakan untuk menghitung sel-sel darah merah di Laboratorium Rumah sakit. Untuk dapat mempergunakan alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk memudahkan penghitungan phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat bantu Hand Counter.
Haemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi kotak-kotak pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm, sehingga apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1 mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah kotak bujur sangkar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil. Penjelasan tentang alat ini sudah dijelaskan pada pembelajaran sebelumnya yaitu produksi pakan alami semester 1.
Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Haemocytometer adalah sebagai berikut: Haemocytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue. Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan dihitung kepadatannya diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada bagian parit yang melintang hingga penuh. Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas penutup. Selanjutnya Haemocytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak.
0 komentar:
Post a Comment