-->

Tipe Presipitasi

Berdasarkan mekanisme pengangkatan massa udara atau letak/kondisi terjadinya presipitasi dapat dibagi sebagai berikut :

1. Tipe Konvektif. 

Hujan tipe ini dihasilkan dari udara lembab yang naik sehingga mengalami proses pendinginan secara adiabatik. Udara ini naik akibat pemanasan oleh permukaan bumi, kemudian membentuk awan kumulus dan dapat berkembang menjadi awan Cumulonimbus. Jenis awan ini termasuk awan yang mampu menghasilkan hujan lebat disertai kilat dan guntur dan sering terdapat butir-butir es. Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dari tipe hujan ini yakni :
a. Daerah cakupan tidak luas (20-50 km) sifatnya hujan local terjadi setelah pemanasan permukaan bumi atau lewat tengah hari.
b. Hujannya singkat tetapi deras berkisar 30-45 menit dan sering disertai badai dan angin kencang
c. Air hujan kebanyakan melimpas di permukaan tanah dan sedikit yang meresap dalam tanah, akibatnya kurang efektif untuk pertumbuhan tanaman, kemudian banyak menghanyutkan butirbutir tanah disebut erosi.
d. Hujan ini terjadi pada daerah tropis dan subtropics pada musim panas.

2. Tipe Orografik. 

Dihasilkan dari udara lembab yang naik didorong angin oleh adanya dataran tinggi atau pegunungan. Udara lembab yang didorong ke atas ini mengalami penurunan suhu secara cepat. Gerakan turbulensi udara dan hambatan sehingga mudah terjadinya kondensasi dan pembentukan awan yang kemudian terjadi hujan. Peristiwa ini sering terjadi pada lereng gunung yang menghadap arah angin. Kondisi atmosfer biasanya dalam keadaan instabil bersyarat, dan terbentuk jenis awan-awan stratus atau stratocumulus yang menghasilkan hujan lebih lama dan jangkauannya relatif lebih luas.

Pada lereng hadap angin makin tinggi tempat semakin tinggi curah hujannya sampai batas ketinggian tertentu seperti dikemukakan oleh Braak (1928) :

R= 1740 + 2.6.h

Dimana
R = curah hujan rata-rata tahunan (mm);
h = altitude (m);
1740 = constanta curah hujan rata-rata tahunan di permukaan laut (mm)

Batas altitude 1200 m dan penyimpangan 10%, misalnya di Malino dengan altitude 1000 m akan diperoleh curah hujan rata-rata tahunan 3906-4774 mm. Sebaliknya pada lereng disebelahnya angin yang turun menelusuri lereng yang mempunyai ciri kering, panas dan kencang yang bersifat spesifik dan disebut angina-angin spesifik diberi nama sesuai lokasi kejadian. Misalnya angin brubu di Sulsel (Maros), angin Bohorok di Deli yang dapat merusak tanaman tembakau, angin Gending di Pasuruan dan angin Kumbang di Probolinggo. Tipe presipitasi ini terjadi baik daerah tropika maupun subtropika. Tipe Gangguan. Merupakan tipe presipitasi yang terjadi akibat adanya gangguan-ganguan atmosfer yang terjadi didaerah front atau siklon.

Tipe presipitasi ini dibagi atas dua jenis yakni
a. Tipe frontal. Merupakan tipe yang terjadi akibat adanya daerah front atau daerah pertemuan massa udara yang mempunyai sifat yang berbeda yaitu suhu, kerapatan dan kerapatan. Daerah ini merupakan pertemuan massa udara dari daerah beriklim panas (tropika) dan beriklim dingin (kutub) yang bertemu pada daerah lintang pertengahan atau beriklim sedang (subtropika). Udara panas akan mendaki di atas udara dingin yang beratnya atau tekanannya lebih tinggi daripada udara panas. Pada lereng pendakian tersebut akan terjadi kondensasi menghasilkan awan tipe Altostratus, Altocumulus, dan ada kemungkinan awan cirrocumulus, cirrostratus serta nimbostratus yang menghasilkan hujan relatif tidak tinggi tetapi agak lama dan merata.

b. Tipe siklonik. Terjadi akibat adanya daerah siklon (daerah tekanannya lebih rendah daripada daerah sekitarnya) pada daerah tropis sebagai akibat tingginya suhu udara pada daerah tersebut. Sebagai akibatnya massa udara akan naik keatas karena kerapatannya kecil yang pada akhirnya akan menimbulkan daerah tekanan rendah di permukaan bumi yang dikenal sebagai daerah depresi atau daerah siklon.

Dengan demikian terjadilah pergerakan udara (angin) dari daerah sekitarnya yang akan menentukan gejala cuaca dan iklim yang akan terjadi pada daerah tersebut. Bila massa udara dari luar sarat dengan uap air maka kemungkinan gejala cuaca merupakan angin pusaran dengan kecepatan yang sangat tinggi dapat mencapai dapat mencapai di atas 300 km/jam yang dapat merusak secara fisik bangunan, vegetasi dan sebagainya. Dalam waktu yang sama atau bersamaan juga terjadi pengangkatan massa uap air secara besar-besaran, yang makin keatas semakin melebar sehingga ruang lingkupnya cukup luas yang akan menghasilkan awan-awan konvektif yang akan menghasilkan hujan dengan curah yang sangat tinggi dan berlangsung cukup lama (dapat mencapai diameter rata-rata 650 km) dan bahkan dapat mencapai di atas 1000 km seperti yang pernah terjadi di Cina pada lautan pasifik. Gejala cuaca ini biasanya diberi nama Hurricane, Willy-Willy di Australia, Buigio di Filipina, Taifun di Cina dan Jepang dan badai tropis di Indonesia



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment