-->

Teori Neraca Air

Jumlah air hujan atau air irigasi dapat diketahui dalam satuan mm, demikian juga yang merembes (perkolasi) melalui kran di bagian bawah lisimeter. Air yang tidak terukur ialah air yang hilang melalui evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi melalui mulut daun. Melalui perhitungan neraca air jumlah evapotranspirasi dapat diketahui :

H + I = S + P + ET

Ket :
H = Jumlah curah huj an
I  = jumlah air irigasi atau siraman
S  = jumlah air yang ditahan oleh tanah 
P  = jumlah air rembesan atau perkolasi
ET  = jumlah air evapotranspirasi

Bila Suhu udara terus-menerus dalam kapasitas lapang maka evapotranspirasi yang terjadi maksimum atau evapotranspirasi potensial (ETP). Bila S tidak pada kapasitas lapang maka evapotranspirasi yang terjadi adalah evapotranspirasi aktual.
Evaporasi diukur dengan panci klas A dimana tinggi air dalam bejana diukur dengan micrometer pancing, setelah sehari semalam diukur kembali. Penyusutan muka air sama dengan jumlah air yang dievaporasikan melalui persamaan :

Eo  = (Po – P 1) + H

Keterangan :
Eo : jumlah air yang dievaporasikan; 
Po  : tinggi awal mukaair dalam panci; 
P1  : tinggi akhir muka air dalam panci; 
H  :curah hujan. 

Hubungan antara Eo dan ETP dapat diteliti melalui percobaan panci klas A dan lisimeter pada suatu lokasi yang sama. Beberapa hasil penelitian mendapatkan hubungan : ETP = f Eo (f nilai pembanding besarnya antara 0.7-0.8), melalui hubungan ini dapat diduga jumlah ETP yang terjadi melalui data Eo dari panci klas A. Nilai Eo umumnya lebih besar dari ETP karena evaporasi terjadi setiap saat, sedangkan ETP hanya pada siang hari saat terjadi proses fotosintesis pada waktu mulut daun terbuka.  



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment