Layar LCD
Rata-rata TV LCD memiliki rasio kontras mulai dari 400:1 hingga 800:1. TV
plasma mulai dari 600:1 sampai yang tercanggih memiliki ke-mampuan
1.500:1. Pada TV LCD, layar diterangi oleh lampu belakang sehingga relatif
tidak terpengaruh silau karena pantulan cahaya dan memberikan gambargambar modulasi yang halus dan terang bahkan dalam ruangan yang
bercahaya terang atau dekat jendela dimana sinar matahari masuk. TV ini
ringan dan dapat dipindahkan dengan mudah, yang berarti dapat ditempatkan
hampir dimana saja yang dikehendaki si pengguna.
1. Vertical filter film untuk mempolarisasikan cahaya ketika masuk.
2. Glass substrate dengan ITO (Indium tin oxide ) electrodes. Bentuk elektroda ini akan menetukan (membentuk) elemen gelap yang akan tampak ketika LCD dinyalakan atau dimatikan.
3. Twisted nematic liquid crystals.
4. Glass substrate dengan common electrode film (ITO) dilengkapi horizontal ridges sehingga menjadi satu baris dengan filter horisontal
5. Horizontal filter film untuk memblokir dan meloloskan cahaya.
6. Reflective surface untuk memantulkan kembali cahaya ke depan. (pada backlit LCD, layer ini diganti dengan sumber cahaya)
Ukuran rasio aspek menggambarkan perbandingan antara lebar layar dengan tingginya. TV konvensional memakai format 4:3, sedangkan TV layar lebar menggunakan perbandingan 16:9. Rasio ini tidak berbeda jauh dengan format yang dipakai industri film bioskop, sehingga film DVD sangat nyaman ditonton pada layar lebar, mengingat perbandingnya 1,85:1 tidak berbeda jauh dengan 16:9.
Dalam memilih TV sebaiknya dipertimbangkan juga aspek resolusi. Produk TV plasma dan LCD sudah memakai teknologi fixed-pixel arrays. Artinya, produk ini sudah memiliki baris dan kolom yang tetap untuk format gambar tertentu. Secara umum kualitas TV yang bagus digolongkan sebagai high definition, bila memiliki nilai resolusi lebih dari satu juta, yaitu mulai dari 1280 x 720, 1366 x 768 dan 1024 x 1024. Resolusi asli minimum dari layar haruslah 720 garis fisik pada rasio 16:9. Layar tersebut harus dapat menerima input HD melalui:
- Antena dalam untuk menerima sinyal HDTV dari stasiun TV yang sudah memancarkan program High-Definition
- HDMI (High Definition Multimedia Interface) atau DVI (Digital Visual Interface)
Sementara itu, Input-input HD harus memiliki format video HD :
- 1280x720 @ 50Hz progression (720p)
- 1920x1080 @50Hz interface (1080i).
Gejala burn in atau dikenal juga dengan screen image retention (jejak bayangan) merupakan penuaan pospor yang tidak merata pada layar terjadi pada semua layar yang menggunakan pospor termasuk CRT TV dan Plasma TV. Ada dua jenis jejak gambar yaitu jejak gambar sementara dan permanen. Jejak gambar sementara secara otomatis akan dihilangkan dengan screensaver yang sudah ada pada Plasma. Jejak gambar permanen hanya akan terjadi jika gambar yang sama (foto) ditampilkan pada layar dalam waktu yang sangat lama, yaitu seminggu. Dimana hal ini hampir tidak mungkin terjadi. Jadi Tidak ada yang perlu dikhawatirkan perihal jejak gambar
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment