PERANAN PENDIDIKAN AGAMA TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Setelah kita mengetahui penyebab anak-anak memiliki kepribadian buruk yang
mengakibatkan merosotnya moral seperti yang diuraikan di atas, menunjukkan
betapa pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak kita, dan betapa pula besarnya
bahaya yang terjadi akibat kurangnya pendidikan agama itu. Untuk itu, perlu
kiranya kita mencari jalan yang dapat mengantarkan kita kepada terjaminnya
kepribadian anak-anak yang kita harapkan menjadi warga Negara yang cinta akan
bangsa dan tanah airnya, dapat menciptakan dan memelihara ketenteraman dan
kebahagiaan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan agama bagi
anak-anaknya, terutama dalam pembentukan kepribadian. Menurut M.I. Soelaeman
(1978: 66), salah satu fungsi keluarga ialah fungsi religius. Artinya keluarga
berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya
kepada kehidupan beragama. Untuk melaksanakannya, orang tua sebagai tokoh-
tokoh inti dalam keluarga itu terlebih dulu harus menciptakan iklim religius dalam
keluarga itu, yang dapat dihayati seluruh anggotanya, terutama anak-anaknya.
Pendidikan agama harus dimulai sejak dini, terutama dalam keluarga, sebab
anak-anak pada usia tersebut siap untuk menerima ajaran agama yang berkaitan
dengan keimanan kepada Allah tanpa harus menuntut dalil yang menguatkannya.
Dalam pendidikan usia dini, ia juga tidak berkeinginan untuk memastikan atau
membuktikan kebenaran ajaran agama yang diterimanya.
Dalam penanaman pendidikan agama di lingkungan keluarga yang harus
diberikan kepada anak-anak tidak terbatas kepada masalah ibadah seperti sholat,
zakat, puasa, mengaji, tetapi harus mencakup keseluruhan hidup, sehingga menjadi
pengendali dalam segala tindakan. Bagi orang yang menyangkan bahwa agama itu
sempit, maka pendidikan agama terhadap anak-anak dianggap cukup dengan
memanggil guru ngaji ke rumah atau menyuruh anaknya belajar mengaji ke
madrasah atau ke tempat lainnya. Padahal yang terpenting dalam penanaman jiwa
agama adalah di dalam keluarga, dan harus terjadi melalui pengalaman hidup
seorang anak dalam keluarga. Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh aak
sejak ia kecil akan mempengaruhi kepribadiannya.
Supaya pembinaan nilai-nilai agama itu betul-betul membuat kuatnya jiwa
anak-anak untuk menghadapi tantangan segala zaman dan suasana dikemudian hari,
hendaknya ia dapat terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai ia
mencapai usia dewasa dalam masyarakat.
Hasan Langgulung (1986) mengemukakan bahwa pendidikan agama dan
spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh
oleh keluarga terhadap anak-aaknya. Pendidikan agama dan spiritual ini berarti
membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada
anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekali anak-anak dengan
pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan Islam yang sesuai dengan
umurnya dalam bidang aqidah, ibadah, mu’amalah dan sejarah. Begitu juga dengan
mengajarkan kepadanya cara-cara yang betul untuk menunaokan syi’ar-syi’ar dan
kewajiban-kewajiban agama, dan menolongnya mengembangkan sikap agama yang
betul, dan yang pertama-tama harus ditanamkan ialah iman yang kuat kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan selalu
mendapat pengawasan dari orang tua dalam segala perbuatan dan perkataannya.
Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk
menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah sebagai berikut:
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah
dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna
dalam waktu tertentu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga
penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging, mereka melakukannya
dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka melakukannya.
c. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka
berada.
d. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan
memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluknya untuk menjadi bukti
kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya.
e. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain
lagi cara-cara lain.
Ketika keluarga menunaikan hal-hal tersebut di atas, sebelumnya
menurut kepada petunjuk dari Al Qur-an, Sunnah Nabi s.a.w. dan peninggalan
Assalaf-Assaleh yang semuanya mengajak untuk melaksanakan pendidikan,
mengharuskan orangtua mendidik anak-anak nya akan iman dan akidah yang
betul dan membiasakannya mengerjakan syari’at, terutama sembahyang. Seperti
firman Allah swt: “Perintahlah keluargamu bersembahyang dan tekunlah engkau
mengerjakannya. Kami tidak minta darimu rezeki. Kami memberimu rezeki.
Akibat yang baik bagi taqwa”. Sabda Rasulullah saw: “Perintahlah anak-anak mu
bersembahyang sedang mereka berumur tujuh tahun. Pukullah mereka kalau
tidak mau jika mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah mereka dalam
pembaringan”. (H.R. Abu Daud, Al Turmuzi, Ahmad dan Al Hakim).
Juga agama memestikan mereka menanamkan nilai-nilai agama dan
kebiasaan-kebiasaan Islam pada jiwa anak-anak dan menyuruh mereka
menghafal sebagian Al Qur-an, Sunnah Nabis.a.w. dan sejarah sahabat-sahabat
dan Khulafa’a Al Rasyidin supaya mereka terbimbing kejalan yang
lurus.Rasulullah s.a.w. bersabda : “Hak anak kepada ibu-bapaknya adalah bahwa
ibu-bapak mengajarkannya Kitab Allah s.w.t., memanah, berenang dan
memberinya warisan yang baik”. Juga sabda Rasulullah s.a.w. mencintai
keluarga Nabi s.a.w., dan membaca Al Qur-an.
Selain pendidikan agama seperti yang dijelaskan di atas, pendidikan akhlak
dalam keluarga juga sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Tidaklah
berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik
adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap
buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak-akhlak keutamaan-keutamaan akhlak
dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh
abama.Sehingga seorang Muslim tidak sempurna agamanya sehingga akhlaknya
menjadi baik. Hampir-hampir sepakat filosof-filosof pendidikan Islam, bahwa
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Sebab tujuan tertinggi pendidikan
Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak.
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk
anak-anak sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya oleh
sebab mereka mendapat pengaruh daripadanya atas segala tingkah lakunya. Oleh
sebab itu haruslah keluarga mengambil berat tentang pendidikan ini, mengajar
mereka akhlak yang muliayang diajarkan Islam seperti kebenaran,
kejujuran,keikhlasan, kesabaran, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan
lain-lain sebagainya. Dia juga mengajarkan nilai dan faedahnya berpegang teguh
pada akhlak di dalam hidup,membiasakan mereka berpegang kepada akhlak
semenjak kecil. Sebab manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasihat
jika datangnya melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedang ia menolaknya jika
disertai dengan kekerasan dan biadab. Tepat sekali firman Allah s.w.t. : “Jika engkau
(hai Muhammad) kasar dan bengis tentu mereka akan meninggalkanmu” (Ali Imran:
159).
Di antara kewajiban keluarga dalam penanaman akhlak kepada anak-anak agar
memiliki kepribadian yang baik adalah sebagai berikut:
a. Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada
akhlak mulia. Sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai dirinya tentulah
tidak sanggup meyakinkan anak-anaknya untuk memegang akhlak yang
diajarkannya. Di antara kata-kata mutiara yang terkenal dari Ali R.A. adalah :
“Medan perang pertama adalah dirimu sendiri, jika kamu telah mengalahkannya,
tentu kamu akan mengalahkan yang lain. Jika kalah disitu, niscaya ditempat lain
kamu akan lebih kalah. Jadi berjuanglah disitu lebih dahulu”. Tepat sekali firman
Allah s.w.t. :“Adakah kamu memerintah orang berbuat baik sedang kamu
melupakan dirimu sendiri”. (Al Baqarah : 44).
b. Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis di mana
mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.
c. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka
bebas memilih dalam tindak-tanduknya
d. Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan
bijaksana.
e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat
kerusakan, dan lain-lain lagi cara di mana keluarga dapat mendidik akhlak anak-
anaknya
Di antara dalil-dalil yang digunakan pendidik-pendidik Islam tentang
pentingnya pendidikan akhlak dan pentingnya peranan keluarga di situ, adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam sejarahnya dari Nabi s.a.w. bersabda :
Tidak memberi seorang bapak lebih baik daripada akhlak yang baik”.
Juga diriwayatkan oleh Al Turmudzi dan Al Tabarani dari Jabir bin Samrah
katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jika seseorang mengajar anaknya lebih baik
baginya daripada ia bersedekah setiap hari setengah gantang kepada orang miskin”.
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Ibnu Abbas, mereka berkata : wahai Rasulullah
engkau telah mengajar kami tentang hak orang tua terhadap anaknya. Maka apa pula
hak anak terhadap orang tuanya, Beliau bersabda : “Bahwa engkau memberi nama
yang baik dan membaiki adabnya”. Juga diriwayatkan bahwa beliau s.a.w. bersabda:
“Muliakanlah anak-anakmu dan baikanlah adab mereka” (H.R.Ibnu Majah).
0 komentar:
Post a Comment