-->

Hati





Hati terdiri dari bagian lobulus-lobulus yang berbentuk segi enam. Setiap lobulus terdiri atas jejeran hepatosit (sel hati) seperti jari-jari roda melingkari suatu vena centralis. Di antara hepatosit terdapat sinusoid (kapiler yang melebar). Pada dinding sinusoid terdapat makrofag yang
disebut sel Kuppfer, yang dapat memfagositosis sel-sel darah rusak dan bakteri (Gambar 7.2). Hati disuplai oleh dua pembuluh darah, yaitu vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, mengandung darah yang miskin oksigen, tetapi kaya nutrien (asam amino, monosakarida, asam lemak, vitamin yang larut dalam air dan mineral). Arteri hepatica, yaitu cabang dari arteri coeliaca yang kaya oksigen. Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh kita. Hati dapat berfungsi sebagai kelenjar sekresi karena mampu menghasilkan zat-zat yang berguna dan sekaligus dapat berfungsi sebagai kelenjar ekskresi karena dapat menetralkan zat-zat racun yang selanjutnya harus dibuang. Sebagai kelenjar sekresi, hati menghasilkan garam empedu yang dapat mengemulsikan lemak sehingga lebih mudah dicerna, sedangkan sebagai kelenjar ekskresi, hati melakukan dua fungsi penting, yaitu menetralisasi sisa metabolisme protein menjadi urea yang kemudian diekskresikan melalui urine, dan merombak sel-sel darah merah yang telah tua menjadi bilirubin yang kemudian diekskresikan melalui feses. Protein dalam tubuh setelah mengalami metabolisme akan menghasilkan zat-zat sisa yang mengandung nitrogen. Metabolisme protein akan menghasilkan asam amino yang selanjutnya diuraikan menjadi NH4OH dan senyawa NH3. Senyawa terakhir tersebut bersifat racun bagi sel sehingga harus segera dibuang.


NH3 dalam sel segera diikat oleh karbon dioksida (CO2) dan asam amino ornitin membentuk asam amino sitrulin. Asam-asam amino ini tidak bersifat racun, relatif kecil sehingga masih dapat berdifusi meninggalkan sel masuk aliran darah dan akhirnya ke hati. Sitrulin yang masuk ke hati selanjutnya diubah oleh enzim sitrulin transaminase menjadi  arginin, dan arginin akan diubah oleh enzim arginase menjadi ornitin kembali dan urea. Urea keluar dari hati bersama aliran darah dan kemudian akan disaring melalui glomerulus dalam ginjal, dan keluar bersama urine. Ornitin yang dihasilkan kemudian digunakan kembali untuk menetralisasi NH3. Proses perubahan dari ornitin ke ornitin kembali merupakan suatu siklus dan disebut siklus Krebs Ornitin atau siklus Krebs Urea (Gambar 7.3).



Ada kurang lebih 10 juta sel eritrosit (sel darah merah) yang dilepaskan tiap detik dari tempat pembuatannya, dan sebanyak itu pula yang rata-rata harus dirombak lagi. Eritrosit yang telah tua akan menjadi rusak dan harus segera dibinasakan di hati. Ada sel-sel khusus yang bertugas “menangkap” atau merombak eritrosit tua tersebut yang disebut histiosit. Hemoglobin yang terkandung dalam eritrosit yang telah tua akan dipecah menjadi heme dan globin. Heme terdiri atas zat besi (Fe) dan cincin porfirin. Zat besi tersebut kemudian diambil dan disimpan di hati selanjutnya disimpan dalam sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru. Cincin porfirin diubah menjadi biliverdin dan direduksi lagi menjadi bilirubin. Bilirubin dilepaskan ke dalam darah. Di dalam usus, bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang kemudian diekskresikan oleh ginjal dalam bentuk urine. Urobilinogen memberikan warna kuning pada urine, sedangkan urobilinogen dan bilirubin memberi warna kuning pada tinja/feses. Skema perombakan sel darah merah oleh hati dapat dilihat pada Gambar 7.4.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment