Pengikatan bambu
Sambungan pada konstruksi bambu secara tradisional dapat dilakukan dengan takikan, pen dan lubang, pasak atau tangkai kayu, dan pengikatan. Bahan ikatan terbuat dari belahan rotan atau bambu dengan kulitnya. Ikatan secara menyilang pada pertemuan bambu, dapat dilakukan sebagaiman dalam contoh dibawah ini:
Bahan ikatan bambu atau rotan biasanya direndam dalam air sebelum digunakansehingga lebih mudah dapat dikerjakan pada waktu mengikat. Setelah ikatan kering akan menyusut dan kencang ikatan bambu terbatas panjangnya menurut panjang ruas bambu (30-40 cm ), lebarnya kurang lebih 3 mm dari batang bambu, bahan pengikat lain adalah ijuk . Bambu merupakan alternatif yang menarik sebagai material dasar pada mebel atau furnitur karena mempunyai kesamaan fisik dengan kayu tradisional, keras, mempunyai kekuatan, tahan terhadap serangga dan kelembaban serta mempunyai manfaat tambahan yang ramah terhadap lingkungan. Reputasi bambu sebagai ramah lingkungan merupakan sumber material yang sangat menjanjikan dan mempunyai nilai potensial yang tinggi sebagai produk unggulan dalam negeri untuk menghadapi serbuan produk global. Dibandingkan dengan kayu, bambu tumbuh dengan cepat karna bambu tergolong pada tumbuhan rumput, dalam 40-50 hari bambu dapat tumbuh hingga 47 inci dengan tinggi 78 hasta. Bambu mencapi kematangan penuh setelah berusia sekitar 3-5 tahun, sedangkan kayu keras tradisional membutuhkan waktu sekitar 20-120 tahun untuk menghasilkan kualitas yang bagus. Penggunaan bambu sebagai bahan alternatif pada furnitur merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak global warming pada hutan hijau sebagai paru-paru bumi, material bambu juga tidak memerlukan refinished sesering kayu keras lainnya.
Keunggulan bambu saat ini telah dimanfaatkan dan sangat mungkin untuk dikembangkan dengan dukungan teknologi pengolahan bambu menjadi material dasar seperti :
Struktur rangka bangunan berupa balok, komponen-komponen interior, furnitur, kusen, bingkai gambar dan komponen dekoratif rumah dan kerajinan . Meningkatnya kebutuhan akan kayu yang semakin menipis serta bentuk bambu yang berongga membuat bahan bambu ini tidak bisa menjalankan fungsinya secara maksimal, jika membutuhkan komponen yang bentuknya kecil saja bambu bisa menjadi andalan, persoalan akan muncul apabila berbentuk papan yang lebar, meski bisa dibuat dalam bentuk susun kekuatannya tidak begitu kuat dibandingkan dengan kayu.
Adanya teknologi laminasi pada bambu saat ini bila dibandingkan dengan kayu daya tekannya lebih bagus dan tidak mudah pecah dan patah seperti bahan triplex atau plywood. Karena penggunaannya belum populer, teknologi bambu laminasi ini hanya diproduksi dalam jumlah terbatas, menyebabkan bambu laminasi saat ini harganya masih sangat tinggi, jika saja teknologi dan inovasi untuk membuat bambu laminasi ini sudah berkembang dengan baik, tentu harganya akan menurun banyak dan menjadi lebih murah dibanding bahan lain dari kayu. Kita tahu persediaan bambu di Indonesia jumlahnya sangat banyak dan melimpah.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment