Junapiah dan Pupuk Organik
Junapiah, seorang petugas penyuluh lapangan di Desa Baru, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara berhasil membuat pupuk organik dari bahanbahan alami yang murah dan mudah diaplikasikan. Proses pembuatan pupuk organik itu berhasil ditemukannya setelah melakukan penelitian sejak tahun 1998 dengan menghabiskan dana sekitar Rp 20 juta. Sejumlah percobaan yang dilakukan untuk menguji manfaat pupuk organik itu memberikan hasil yang positif. Percobaan ini dilakukan oleh 70 anggota Kelompok Tani Sido Mulyo di daerahnya. Salah seorang anggota kelompok tani yang bernama Shahrani memanfaatkan pupuk buatan Junapiah pada tanaman padi miliknya. Sebelumnya, lahan penanaman padi seluas 2.000 m2 miliknya hanya dapat menghasilkan gabah kering paling banyak 1,3 ton setiap musim tanam. Setelah menggunakan pupuk organik ramuan Junapiah, Shahrani bisa memperoleh gabah kering sebanyak 1,4 ton. Meskipun kenaikan hasil panen sedikit, namun dia tidak menemui adanya gangguan hama wereng dan tikus, sehingga mengurangi biaya pembelian pestisida. Anggota kelompok tani lainnya yang telah mencoba pupuk organik itu juga menuturkan hal yang serupa. Untuk membuat pupuk organik, Junapiah menggunakan bahan baku berupa kotoran dan urin kambing, sabut kelapa, abu tangkai kelapa sawit, dan batu gunung dolomit. Semua bahan itu difermentasi dengan bakteri Lactobacillus sp. selama tiga hari. Setelah difermentasi, bahan-bahan itu telah menjadi pupuk organik. Bau tak sedap dari kotoran dan air kencing kambing juga tidak ada. Pupuk organik itu mengandung berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, misalnya nitrogen, kalium, sulfur, fosfat, dan magnesium oksida. Junapiah menambahkan bahwa pemakaian pupuk kimia harus dibatasi, karena pemakaian pupuk kimia terus-menerus dapat mengakibatkan mikroorganisme tanah mati. Mikroorganisme tanah sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan tanah. Apakah peranan bakteri Lactobacillus sp. dalam pengolahan kotoran, air kencing kambing, sabut kelapa, abu tangkai kelapa sawit, dan batu gunung dolomit menjadi pupuk organik? Menurut pendapatmu, apakah semua jenis bakteri dapat menguraikan bahan organik menjadi pupuk yang kualitasnya sama? Mengapa pemakaian pupuk kimia terus-menerus dapat merusak kesuburan alami tanah? Sumber: Kompas, Selasa 12 September 2006
0 komentar:
Post a Comment