Pemberian Ruang Ternak Untuk Gerak Jalan
Salah satu faktor yang paling penting untuk pembibitan sapi yang baik adalah latihan (exercise). Exercise merupakan suatu kesempatan yang diberikan pada ternak untuk melakukan gerakan yang lebih bebasa ketika dikeluarkan dari kandang sehingga kesehatan dan kebugaran tubuh ternak dapat terjaga. Tujuan dilakukannya exercise pada ternak adalah untuk memperoleh sinar matahari yang cukup, memperkuat perototan, memperlancar peredaran darah, mencegah terjadinya retensi plasenta, prolaps uteri dan terjadinya distokia pada ternak yang baru melahirkan. Waktu yang paling ideal untuk melakukan exercise pada ternak adalah hpagi hari antara pukul 07.00 sampai 10.00. Pada saat seperti itu panas matahari belum begitu menyengat sehingga ternak tidak mengalami stress atau kelelahan akibat kepanasan, luas areal yang baik untuk melakukan exercisa 50 m2
Sapi jantan selama musim pembiakan bisa disamakan dengan atlit karena dalam kebanyakan situasi, sapi pejantan harus melintasi beberapa mil setiap hari dan mempertahankan aktivitas fisik yang tinggi. Kebugaran fisik membutuhkan beberapa minggu pengkondisian. Sapi jantan menurut sifatnya adalah sangat aktif dan makin aktif menjelang musim perkawinan (pembiakan). Jika ditempatkan pada daerah lapang pada anak sapi jantan, sapi jantan akan berlatih sendiri. Dalam mendisain fasilitas untuk sapi jantan perlu menyediakan makanan dan tempat air minum sebisa mungkin. Sapi jantan yang kuat secara fisik bila dikeluarkan akan mengawini lebih banyak betina selama musim perkawinan karena memiliki libido yang tinggi dan tahan lama. Latihan selama musim perkawinan mengurangi luka dari perkelahian dan penunggangan yang normal terjadi selama waktu tersebut.
Latihan diluar ruangan sepanjang tahun adalah salah satu hal penting dalam membuat sapi jantan tetap dalam kondisi kejantanan yang prima dan galak, dalam kondisi alami. Metode yang paling baik dan paling awal adalah memberikan latihan pada daerah pengegembalaan yang berumput. Sapi jantan memerlukan cukup latihan untuk mempertahankan kekuatan ototnta. Latihan bisa didapatkan dengan akses ke tempat latihan ataupun dengan pemakaian latihan mekanis. Namun demikian kelihatannya ada sedikit korelasi antara jumlah laitihan dan kuantitas semen yang dihasilkan oleh sapi jantan. Latihan adalah faktor yang mempengaruhi selera sapi jantan dan kekuatan otot, dan bisa membantu mendukung pemakaian kuku yang benar. Jumlah latihan yang diberikan akan berbeda antara organisasi-organisasi inseminasi buatan (IB) (Mitchel, 2004).
Gerak jalan pada sapi-sapi yang sedang laktasi adalah penting sekali guna menjaga supaya tetap sehat, terutama sapi-sapi yang dipelihara di dalam kandang terus-menerus selama 24 jam dan tak pernah dilepas di lapangan rumput. Untuk ini sapisapinya perlu dilepas di lapangan rumput selama 1-2 jam supaya sehat kukunya dan mendapat sinar matahari. Dengan melepas sapi-sapi betina di lapangan rumput juga mudah untuk mengetahui sapi-sapi betina yang berahi. Sebab saat-saat perkawinan yang tepat merupakan kunci sukses agar sapi-sapinya beranak tiap-tiap 12 bulan.
Setelah pemerahan sebaiknya sapi diberi kesempatan untuk bergerak di sekitar kandang. Keuntungan gerak latih adalah:
(a) sapi mendapat udara segar,
(b) sapi melatih otot sehingga peredaran darahnya menjadi lancar dan tetap sehat.
(c) bentuk kuku dan keadaan kaki sapi tetap terjaga dengan baik. Gesekan kuku dengan tanah menyebabkan kelebihan pertumbuhan kuku berkurang.
(d) memberikan kesempatan untuk mendeteksi berahi.
(e) sapi mendapat kesempatan memperoleh sinar matahari yang mengandung vitamin D.
(f) menjaga kestabilan produksi susu.
1) Exersise Pejantan
- Untuk pejantan di kandang individu, perlu dilakukan exercise minimal 1-2 kali dalam seminggu dengan cara dilepas secara terikat di luar kandang terbuka sekitar 3-4 jam.
- Pemeliharaan pejantan secara intensif, satu pejantan dapat mengawini sebanyak 30-50 ekor betina.
- Pejantan yang dipelihara dalam kandang kelompok kawin , pola perkawinannya dirotasi setiap 6 bulan.
- Untuk menghindari perkawinan keluarga (inbreeding), setelah 2 tahu pejantan dirotasi ke wilayah lain.
2) Handling (Penanganan Ternak)
Handling sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan rutin seperti pemeriksaan kesehatan, pemotongan kuku, pemerahan dan lain sebagainya. Handling harus dilakukan dengan baik sehingga ternak tidak mengalami cidera. Tindakan kasar akan menyebabkan ternak berontak atau beringas selain itu ternak mengalami ketakutan. Handling merupakan usaha penanganannya ternak semudah mungkin memperlancar segala aktifitas yang dilakukan peternak. Handling dilakukan untuk mencegah gerakan yang menyebabkan kaget. Kegaduhan di dalam kandang harus dicegah dan dihindari. Menurut Williamsons dan Payne (1993), handling dilakukan tidak kasar tetapi tegas. Saat berdiri disamping sapi diusahakan tidak berdiri disamping kaki belakang. Hal tersebut untuk menghindari sepakan sapi. Perhatian ternak harus dialihkan supaya tidak menimbulkan gerakan-gerakan yang menimbulkan kesulitan saat aktivitas dilakukan.
Seorang handler perlu memahami bagaimana behaviour atau tingkah laku dari ternak yang akan ditanganinya. Bila memahami tingkah laku sapi, dapat diduga bagaimana sapi tersebut memberikan respon bila diberi stimulus. Sapi seperti halnya ternak domba tidak dapat melihat, mencium bau, atau mendengar lingkungannya dengan seperti yang dilakukan manusia. Sapi mempunyai mata di kedua sisi kepalanya. Sapi melihat dan memperkirakan jarak benda di sampingnya dengan satu mata (monocular vision) dan pandangan di muka kepalanya dengan dua mata (binocular vision).
Sapi cukup sensitif dengan gerakan atau suara yang mengejutkan. Seekor pejantan akan sangat agresif pada saat musim kawin, demikian pula sapi yang baru melahirkan akan selalu melindungi anaknya dengan segala kekuatannya, sehingga handler harus mengetahui apa karakteristik dari sapi. Handler harus tanggap atau respek pada kemampuan ternak sapi seperti kekuatan dan kecepatan dari sapi, sehingga tidak ada keragu- raguan atau rasa takut dalam melakukan penanganan ternak sapi. Keraguraguan dan rasa takut merupakan rintangan yang akan memberhentikan handler untuk bereaksi dengan tenang dan penuh perhatian.
Pengetahuan tentang tingkah laku sapi sangat mendukung dalam pendugaan ternak memberikan respon. Pendugaan reaksi sapi adalah salah satu kunci penanganan sapi. Ternak akan memberikan respon bila diberi stimulus. Sehingga amatlah penting untuk mengetahui respon dari sapi dalam berbagai macam situasi. Stimulus yang diberikan harus dapat dikontrol sehingga tidak menciptakan respon yang tidak terkendali.
Arausal adalah kunci lain dari keberhasilan penanganan ternak sapi. Arausal dapat digambarkan sebagai tingkah aktivitas dari seekor ternak. Ini dapat diamati dari mulai tidur sampai kondisi yang paling ekstrim seperti menanduk atau menendang bahkan menyerang dengan membabi buta.
Secara umum pemahaman arausal dimaksudkan menjaga ternak setenang mungkin, sehingga mereka bergerak dengan tenang. Stimulus pada ternak dalam beberapa cara dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat dari arausal. Tingkah laku sosial sapi bervariasi menurut umur dan bangsa, dibandingkan dengan domba. Sapi muda tidak mengikuti induknya saat setelah dilahirkan seperti halnya domba. Sapi muda berbaring secara tenang di antara makanan pada suatu tempat di mana induknya sedang merumput.
Penjantan muda cenderung untuk bermain, tetapi hanya sampai umur tertentu, tergantung pada bangsa dan kemudian menjadi lebih agresif dan bahkan menguasai areal tertentu serta menyerang pengganggu pengganggu di wilayahnya. Seorang handler mungkin dapat terluka karena ulah dari perkelahian sapi ketika sapisapi jantan tersebut dalam keadaan yang tidak terkendali. Untuk menghindari keadaan kacau akibat tingkah laku sapi jantan tersebut, maka harus diusahakan jalan keluar yang tepat.
Sapi potong betina mungkin juga pada suatu saat seperti setelah melahirkan, akan menyerang sapi lainnya atau seorang handler untuk melindungi anaknya. Sapi potong dapat melukai peternak dan merusak fasilitas yang ada, sebagai akibat benturan-benturan dan kecepatan bergerak serta agresifitasnya. Jangan salah menduga atau memperkirakan kecepatan, arah, dan ketepatan bila seekor sapi menendang. Sapi yang berdiri biasanya menendang keluar dengan membentuk sudut 45 derajat ke arah belakang. Tetapi sapi yang sedang bergerak cenderung untuk menendang ke arah belakang secara lurus.
Banyak hal-hal yang berkaitan dengan sapi potong juga diterapkan pada sapi perah. Pada sapi perah banyak tingkah laku yang harus dipelajari dari pengalaman. Sapi perah sering mengalami stres, karena suatu perubahan yang rutin. Hal ini meningkatkan tingkat arausal dan dapat membuatnya sukar untuk dikendalikan serta mengakibatkan produksi sapi menurun.
Keberhasilan di dalam budidaya atau pemeliharaan ternak sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen pemeliharaan yang diterapkan. Apabila manajemen budidaya atau pemeliharaan yang diterapkan bagus, maka kemungkinan berhasilnya suatu usaha juga sangat besar. Manajemen pemeliharaan ternak menyangkut beberapa hal, salah satunya adalah bagaimana cara/teknik menangani atau handling ternak dengan benar. Sehingga tidak menyebabkan cedera bagi ternak dan si pelaku handling. Hal ini sangat penting karena penanganan atau handling ternak ruminansia akan jauh berbeda dengan unggas.
Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing memiliki tenaga yang lebih besar/kuat dibandingkan dengan ternak unggas. Di samping mempunyai tenaga yang besar, ternak mempunyai tanduk untuk menyeruduk yang berbahaya bagi keselamatan orang yang akan menangani serta mempunyai kemampuan menendang. Sedangkan untuk unggas mempunyai sifat mematuk dan mencakar, sehingga setiap orang yang menangani/handling ternak baik itu ternak ruminansia harus hati-hati demi keselamatan. Berbicara keselamatan di sini menyangkut keselamatan handler dan ternaknya.
Kegiatan penanganan atau handling yang baik akan sangat diperlukan di setiap kegiatan pemeliharaan ternak. Setiap kegiatan yang menyangkut hal- hal yang akan dilakukan terhadap ternak biasanya memerlukan penanganan terlebih dahulu. Sebagai contoh kegiatan handling dalam pemeliharan ternak sapi, kerbau, domba, dan kambing yang umum adalah: memindahkan ternak dari suatu tempat ke tempat yang lain, melakukan pemotongan tanduk, pemotongan kuku, recording dengan cara penandaan ternak, melakukan kastrasi, memasang tali hidung (tali keluh), memandikan ternak, memberi obat, dan bahkan kalau dimungkinan kegiatan menjatuhkan atau merobohkan ternak dan lain sebagainya.
Pada saat melakukan penanganan/ handling ternak, khususnya ternak ruminansia diperlukan keberanian, keyakinan, dan ketrampilan. Tanpa adanya keberanian dan ketrampilan serta pengetahuan tentang teknik handling jangan sekali-kali mencoba melakukan handling, karena resiko yang ditanggung sangat besar. Oleh karena itu, demi keberhasilan pada saat melakukan handling harus didukung pengetahuan yang berkaitan dengan teknik penanganan ternak seperti: tali temali dan tingkah laku ternak. Dalam ilmu tingkah laku ternak dapat dipelajari bagaimana ternak makan, minum, jalan, istirahat, dan sebagainya.
Pengetahuan tentang tali temali sangat penting bagi peternak, dengan mengetahui tentang tali temali peternak dapat memilih dan menentukan jenis tali yang cocok untuk dan berapa jumlah pilinnya. Karena tali tambang yang digunakan untuk mengikat ternak sapi, kerbau akan berbeda dengan tali tambang yang digunakan untuk mengikat ternak domba dan kambing. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari ukuran talinya. Tali tambang yang digunakan untuk ternak sapi/kerbau ukuran lebih besar apabila dibanding dengan tali tambang untuk ternak domba/kambing.
Berbicara tentang tali temali dalam bidang peternakan, ada istilah tali halter, tali sambung, tali patok, tali simpul leher, dan lain sebagainya.
(a) Simpul Mati (Tali Sambung)
Simpul mati digunakan untuk menyambung 2 utas tali yang sama besarnya.
(b) Simpul Pangkal (Tali Patok)
Simpul pangkal digunakan untuk mengikatkan tali pada sebuah tiang atau patok.
(c) Simpul Leher (Tali Leher)
Simpul leher digunakan untuk mengikat leher ternak supaya ternak tidak terjerat atau tercekik akibat tali yang digunakan.
(d) Tali Halter (Tali Muka)
Tali halter biasanya digunakan untuk menuntut atau memindahkan ternak sapi/kerbau agar lebih mudah dikendalikan atau dijinakkan .
Sumber :
Direktorat Pembinaan SMK. Agribisnis Pembibitan Ternak Ruminansia Untuk Kelas 11 Semester 3. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2013
0 komentar:
Post a Comment