-->

Pemasaran Jasa


Rangkuti (2002: 26) menyebutkan bahwa jasa merupakan pemberian
suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak ke pihak lain.
Sedangkan menurut Kotler (2002:486) mendefisikan jasa sebagai setiap tindakan
atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun. Jadi dapat disimpulkan bahwa jasa bukanlah barang, tetapi suatu aktifitas
yang tidak dapat dirasakan secara fisik dan membutuhkan interaksi antara satu
pihak ke pihak lain.
Kotler (2000:488) mengemukakan bahwa terdapat empat karakteristik
jasa, antara lain:
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa tidak berwujud, tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan, dan didengar
sebelum membeli.
2. Inseparability (tidak dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari pembeli jasa itu, baik pembeli jasa itu adalah
orang maupun mesin. Jasa tidak dapat dijejerkan pada rak-rak penjualan dan
dapat dibeli oleh konsumen kapan saja dibutuhkan.
3. Variability (keanekarupaan)
Jasa sangat beraneka rupa karena tergantung siapa yang menyediakannya dan
kapan serta dimana disediakan. Seringkali pembeli jasa menyadari akan
keanekarupaan yang besar ini akan membicarakan dengan yang lain sebelum
,memilih satu penyedia jasa.
4. Perishability (tidak tahan lama)
Jasa tidak dapat tahan lama, karenanya tidak dapat disimpan untuk penjualan
atau penggunaan dikemudian hari. Sifat jasa yang tidak tahan lama ini
bukanlah masalah kalau permintaan tetap atau teratur, karena jasa-jasa
sebelumnya dapat dengan mudah disusun terlebih dahulu, kalau permintaan
berfluktuasi, permintaan jasa akan dihadapkan pada berbagai masalah sulit
Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama,
pemasaran jasa lebih bersifat intangble dan immaterial karena produknya tidak
kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat konsumen
berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan
segera. Hal ini lebih sulit daripada pengawasan produk fisik. Ketiga, interaksi
antara konsumen dan petugas adalah penting untuk mewujudkan produk
(Rangkuti:2002: 19).

Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization-WTO), ruang lingkup klasifikasi bisnis jasa meliputi (Rambat
Lupiyoadi, 2006:19) :
1. Jasa bisnis
2. Jasa komunikasi
3. Jasa konstruksi dan jasa teknik
4. Jasa distribusi
5. Jasa pendidikan
6. Jasa lingkungan hidup
7. Jasa keuangan
8. Jasa kesehatan dan jasa sosial
9. Jasa kepariwisataan dan jasa perjalanan
10. Jasa rekreasi, budaya. Dan olahraga
11. Jasa transportasi
12. Jasa lain-lain
Produk yang ditawarkan dalam bisnis jasa tidak berupa barang, seperti
pada perusahaan manufactur. Dalam bisnis jasa konsumen tidak membeli fisik
dari produk tetapi manfaat dan nilai dari produk yang disebut “the offer”.
Keunggulan produk jasa terletak pada kualitasnya, yang mencakup kehandalan,
ketanggapan, kepastian, dan kepedulian.
Layanan konsumen pada pemasaran jasa lebih dilihat sebagai hasil dari
kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen
untuk mencapai kepuasan. Layanan konsumen meliputi aktivitas untuk
memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pratransaksi, saat
transaksi, dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut
mempengaruhi kegiatan transaksi dan setelah transaksi karena itu kegiatan
pendahuluannya harus sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon
yang positif dan menunjukkan loyalitas tinggi.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment