Laporan Keuangan (Financial Statement)
Anda tentunya masih mengingat
dan sudah memahami bahwa tujuan dari penyelenggaraan akuntansi adalah
menyajikan informasi keuangan. Informasi keuangan dari suatu perusahaan
tersebut berguna bagi fihak-fihak yang berkepentingan dan memerlukannya (para
pemakai) sebagai dasar untuk mengambil keputusan
ekonomi. Dengan informasi keuangan yang diperoleh, mereka akan menganalisisnya
dan kemudian menentukan keputusan ekonomi yang bermanfaat bagi pengembangan
usaha mereka.
Mengingat bahwa informasi yang termuat di dalam
laporan keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi para pemakainya, maka
penyusunannya harus memenuhi syarat kualitas primer dan sekunder.
Kualitas primer adalah kualitas utama yang membuat
informasi akuntansi berguna sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Kualitas primer
meliputi relevan dan handal (reliabel).
a) Relevan berarti bahwa laporan keuangan
(informasi akuntansi) yang disusun oleh suatu perusahaan memiliki hubungan langsung
dengan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi dikatakan relevan jika dapat
membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh para pemakainya.
Informasi yang relevan adalah informasi yang memiliki nilai prediktif, umpan balik, dan tepat waktu.
(1) Informasi memiliki nilai prediktif jika informasi tersebut dapat membantu para pemakainya untuk
memprediksi kinerja perusahaan di masa
depan berdasarkan peristiwa (transaksi) masa lalu, sekarang, dan yang akan
datang. Ketepatan suatu prediksi sangat tergantung dari kemampuan
para pemakai dalam menganalisis informasi dan kepekaan mereka dalam membaca peluang bisnis
di masa depan.
(2) Informasi memiliki nilai umpan balik (feedback) jika informasi tersebut dapat
mendukung atau memberi masukan untuk memperbaiki prediksi yang sudah dibuat
oleh para pemakainya. Dengan informasi yang diperoleh, para pemakai dapat
mengevaluasi kembali prediksi yang telah dibuat, sehingga dapat memperoleh masukan
untuk menentukan apakah prediksinya sudah benar ataukah perlu direvisi.
(3) Tepat waktu berarti informasi akuntansi tersebut
tersedia pada saat dibutuhkan oleh para pemakainya. Dengan demikian, informasi
itu tidak kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan yang diambil.
b)
Handal
(reliable) berarti bahwa informasi tersebut dapat dipercaya, karena cukup
terbebas dari kesalahan dan penyimpangan di dalam penyajiannya. Informasi
yang handal adalah informasi yang memenuhi syarat: dapat diperiksa, penyajian
yang jujur, dan netral.
(1)
Dapat diperiksa artinya laporan keuangan (informasi
akuntansi) tersebut jika diaudit/diperiksa oleh beberapa auditor eksternal yang
menggunakan metode sama akan memperoleh kesimpulan yang sama pula.
(2)
Penyajian yang jujur artinya laporan keuangan disajikan
sesuai dengan kondisi transaksi keuangan sebenarnya (kondisi riil). Dengan
kalimat lain dapat dikemukakan bahwa suatu laporan keuangan disajikan secara
jujur jika dalam penyajiannya ada
kecocokan/kesesuaian antara transaksi yang sesungguhnya terjadi dengan laporan
yang dibuat. Jadi, dalam penyususnan laporan keuangan tidak ada unsur rekayasa.
(3) Netral
artinya tidak berpihak kepada golongan pemakai informasi tertentu. Tujuan penyusunan laporan keuangan adalah
untuk menyajikan informasi akuntansi kepada semua pihak yang berkepentingan
(pemakai). Oleh karena itu, di suatu perusahaan hanya ada satu laporan keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh siapapun
yang berkepentingan. Dengan demikian tidak ada pemakai informasi yang ”tersesat”
sebagai akibat dari penggunaan informasi
yang tidak netral.
Kualitas sekunder merupakan kualitas tambahan yang
seharusnya dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan. Meskipun hal ini bukan merupakan kualitas
utama, namun jika dipenuhi akan membawa dampak positip bagi
pengguna/pemakainya. Kualitas sekunder meliputi keterbandingan dan konsistensi.
a) Keterbandingan berarti bahwa laporan
keuangan (informasi) suatu perusahaan akan lebih bermakna bagi para pemakainya jika
dapat diperbandingkan dengan informasi yang serupa dari perusahaan-perusahaan
lain. Suatu informasi dianggap dapat
diperbandingkan jika sudah dievaluasi dan dilaporkan dengan cara yang sama
untuk perusahaan-perusahaan yang berbeda. Hal ini memberikan kemungkinan bagi
para pemakainya untuk mengenali dan menganalisis
persamaan atau perbedaan kondisi keuangan berbagai perusahaan karena metode akuntansi yang digunakan dapat
diperbandingkan.
b) Konsistensi berarti bahwa laporan keuangan
(informasi) suatu perusahaan akan lebih bermakna bagi para pemakainya jika
dapat diperbandingkan dengan informasi yang serupa dari perusahaan yang sama pada
waktu yang berbeda. Dalam menyajikan informasi, perusahaan harus memberikan
perlakuan akuntansi yang sama terhadap transaksi yang sama pada waktu-waktu
yang berbeda. Seiring dengan perjalanan waktu, perusahaan bisa mengubah metode
(perlakuan) akuntansinya. Namun jika hal itu dilakukan, maka pada periode
dilaksanakannya perubahan itu perusahaan harus mengungkap (dalam laporan
keuangannya) tentang berbagai hal yang terkait dengan perubahan itu, seperti
keunggulan metode baru yang digunakan dibandingkan yang lama, alasan mengubah
metode tersebut, sifat dan dampak atas perubahan tersebut terhadap kondisi
finansialnya.
Bentuk formal
dari informasi keuangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan (financial statement). Pada Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dijelaskan bahwa informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan suatu perusahaan bersifat umum. Hal ini berarti bahwa laporan
kuangan suatu perusahaan disajikan dan ditujukan kepada semua pihak yang
berkepentjngan terhadap informasi itu, baik dari unsur internal perusahaan
maupun dari unsur eksternal. Dengan demikian, laporan keuangan tersebut tidak
sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakainya. Secara umum tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Informasi ini diharapkan dapat
bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan para pihak yang berkepentingan (pemakai)
dalam upaya mencari bahan masukan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan
yang lengkap terdiri atas 5 (lima) komponen, yaitu laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dengan lima komponen laporan itu, diharapkan dapat memberi gambaran yang
relatif komprehensif tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Dari lima
komponen tersebut, laporan keuangan yang
dibahas dalam bagian II modul ini hanya tiga jenis, yaitu laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan neraca. Dua jenis
laporan lainnya, yaitu laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan akan
dibahas pada modul yang lain.
a) Laporan laba rugi (income statement)
Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu
perusahaan, kita dapat melihat dari laporan keuangannya. Kinerja keuangan suatu
perusahaan harus dilaporkan, minimal sekali dalam satu periode. Salah satu
bentuk laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan laba rugi. Laporan laba
rugi merupakan laporan tentang kinerja keuangan suatu perusahaan. Dalam laporan
ini disajikan jumlah pendapatan (revenue)
dan biaya (expenses) serta laba atau
rugi (profit/losses) suatu perusahaan
selama periode waktu tertentu. Dari laporan ini kita dapat menganalisis perbandingan
antara pendapatan dengan biaya untuk memperolehnya, sehingga dapat mengukur
tingkat efisiensinya.
Contoh transaksi yang terjadi pada Salon Sekarkedaton
yang telah dibukukan dalam persamaan
dasar akuntansi di atas, jika dianggap belum ada beban dari unsur perlengkapan
dan peralatan (diasumsikan masih utuh), maka laporan laba ruginya dapat disusun
seperti berikut ini.
Salon Sekarkedaton
|
||
Laporan Laba
Rugi
|
||
Untuk Periode
yang berakhir tanggal 31 Januari 2007
|
||
Pendapatan
|
|
|
Perdapatan salon
|
|
1.000.000,00
|
Beban Usaha
|
|
|
Biaya Sewa Gedung
|
100.000,00
|
|
Biaya Gaji pegawai
|
150.000,00
|
|
Biaya listrik
|
75.000,00
|
|
Biaya bunga
|
7.500,00
|
|
Jumlah beban Usaha
|
|
332.500,00
|
Laba bersih
|
|
667.500,00
|
Contoh lain, misalnya data keuangan yang
disajikan Penjahit Rapi pada tanggal 31 Desember tahun 2006 sebagai berikut:
1. Kas Rp 55.000,00
2. Piutang jasa Rp 10.000,00
3. Peralatan Rp 20.000,00
4. Perlengkapan Rp 5.000,00
5. Pendapatan jahit Rp 19.200,00
6. Pendapatan lain-lain Rp 500,00
7. Biaya perlengkapan Rp 3.500,00
8. Gaji penjahit Rp 5.000,00
9. Biaya lain-lain Rp 1.200,00
10. Modal Rp 80.000,00
Laporan laba rugi yang dapat disusun
dari data keuangan penjahit rapi tersebu adalah sebagai berikut:
Penjahit Rapi
|
||
Laporan Laba
Rugi
|
||
Untuk Periode
yang berakhir tanggal 31 Desember 2006
|
||
Pendapatan
|
|
|
Perdapatan jahit
|
|
19.200,00
|
Pendapatan lain-lain
|
|
500,00
|
Jumlah Pendapatan
|
|
19.700,00
|
Beban Usaha
|
|
|
Biaya Gaji penjahit
|
5,000,00
|
|
Biaya perlengkapan
|
3.500,00
|
|
Biaya lain-lain
|
1.200,00
|
|
|
|
|
Jumlah beban Usaha
|
|
9.700,00
|
Laba bersih
|
|
10.000,00
|
Dua
buah contoh di atas memang masih sangat sederhana. Jenis transaksi yang
diberikan pun masih terbatas (belum beragam). Praktiknya di dunia usaha
tentunya sangat kompleks dan rumit. Namun prinsip pencatatan dan pelaporannya sama. Dengan contoh yang
sederhana tersebut diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat usaha anda dalam
memahami dan meningkatkan ketrampilan menyusun laporan laba rugi.
b) Laporan
Perubahan Ekuitas (owner’s equity statement)
Bentuk lain dari laporan keuangan yang
kita bahas pada bagian ini adalah laporan perubahan ekuitas pemilik perusahaan.
Sesuai dengan namanya, laporan ini memberikan informasi tentang perubahan modal
pemilik selama periode waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
pada modal (ekuitas pemilik) adalah: tambahan investasi yang dilakukan oleh
pemilik, pendapatan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan (laba/rugi)
selama satu periode, dan prive pemilik, baik ambil maupun menambah. Dengan
membaca laporan ini, akan diketahui perubahan modal dan faktor apa yang
menyebabkan perubahan tersebut.
Jika dari contoh persamaan dasar akuntansi di atas
dibuat laporan perubahan ekuitasnya, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut:
Salon
Sekarkedaton
|
||
Laporan Perubahan
Modal
|
||
Untuk Periode
yang berakhir tanggal 31 Januari 2007
|
||
|
|
|
Modal awal per 1 Januari 2007
|
|
1.000.000,00
|
Laba bersih bulan Januari tahun 2007
|
667.500,00
|
|
Pengambilan prive
|
-100.000,00
|
|
Penambahan modal
|
|
567.500,00
|
Modal akhir per 31 Januari 2007
|
|
1.567.000,00
|
Dari data yang disajikan Penjahit
Rapi di atas dapat disusun laporan perubahan modalnya sebagai berikut:
Penjahit Rapi
|
||
Laporan Perubahan
Modal
|
||
Untuk Periode
yang berakhir tanggal 31 Desember 2006
|
||
Modal awal per 1 Januari 2006
|
|
80.000,00
|
Laba bersih tahun 2006
|
|
10.000,00
|
Modal akhir per 31 Desember 2006
|
|
90.000,00
|
c) Neraca (balance sheet)
Neraca merupakan laporan
tentang posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Oleh karena
itu, neraca sering disebut sebagai potret dari posisi keuangan perusahaan,
karena kondisi keuangan yang disajikan pada neraca tersebut hanya terjadi pada
tanggal tertentu, yaitu tanggal penyusunan neraca. Di luar tanggal
penyusunan neraca, kondisi keuangan tersebut bisa berubah.
Secara umum,
neraca dan laporan keuangan lainnya memiliki 2 (dua) bagian. Bagian pertama
adalah kepala (heading) atau judul
neraca yaitu keterangan singkat yang ditulis di bagian atas dari neraca. Judul
neraca berisi: Nama perusahaan (pemilik neraca), kata ‘neraca’, dan tanggal neraca. Amatilah judul laporan laba rugi dan laporan
perubahan modal Salon Sekarkedaton dan Penjahit Rapi di atas. Unsur isi
judul tersebut sama, perbedaannya dengan neraca terletak pada tanggal
penyusunan. Untuk neraca ditulis tanggal tertentu, sedangkan laporan tanggalnya
mewakili satu periode (untuk periode yang berakhir tanggal …..). Judul (neraca
atau laporan lainnya) harus ditulis dengan benar, karena judul itu merupakan
identitas dari organisasi (perusahaan) pemilik laporan yang bersangkutan. Bagian kedua adalah batang tubuh neraca, berisi muatan informasi
yang perlu disajikan.
Batang tubuh neraca
dapat disusun dalam bentuk skontro atau
stafel. Neraca yang berbentuk skontro biasanya disebut rekening huruf T atau
bentuk horizontal, memiliki sisi debet yang lasim disebut aktiva dan sisi
kredit yang lasim disebut pasiva. Jika suatu neraca disusun dalam bentuk stafel
sering disebut bentuk vertikal atau laporan, maka tidak ada sisi debet dan sisi
kredit. Susunan aktiva dan pasiva di
atur berurutan dari atas ke bawah.
Posisi keuangan tersebut ditunjukkan oleh besaran
aktiva, kewajiban, dan modal suatu perusahaan.
1) Aktiva (Assets)
Sumber daya ekonomi yang
dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan disebut asset,
aktiva, atau harta. Di neraca, aktiva disajikan di sebelah Debet jika neraca
tersebut berbentuk skontro, atau di atas (mendahului penyajian pasiva) jika
berbentuk stafel. Penyajiannya di dalam neraca, aktiva dikelompokkan menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu aktiva lancar, aktiva investasi jangka panjang, dan aktiva
tidak tetap.
(a) Aktiva Lancar (current assets)
Aktiva lancar adalah aktiva yang dapat diuangkan atau dapat
dijadikan uang dalam jangka pendek (dalam satu siklus akuntansi). Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar jika aktiva tersebut memenuhi persyaratan berikut:
(1) diperkirakan
akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu
siklus operasi normal perusahaan; atau
(2) dimiliki untuk
diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisasi
dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
(3) berupa kas atau setara kas yang
penggunaannya tidak dibatasi.
Contoh dari aktiva
lancar adalah kas, piutang usaha, persediaan barang dagangan, supplies,
asuransi dibayar dimuka, dan sebagainya. Penyusunannya di dalam neraca diatur
menurut urut-urutan tingkat likuiditasnya. Artinya, aktiva lancar yang paling likuid dicantumkan
paling atas, disusul dengan pos-pos lainnya yang kurang likuid.
(b) Investasi jangka
panjang (long term investment)
Perusahaan yang memiliki dana
cukup besar dan tidak segera digunakan, maka akan menanamkannya pada perusahaan
lain, dalam bentuk pembelian surat-surat berharga (saham atau obligasi) atau
bentuk lainnya. Jika perusahaan
mempertahankan kepemilikan tersebut
dalam jangka panjang, maka aktiva ini disebut investasi jangka panjang. Tujuan
dari investasi ini adalah memanfaatkan dana perusahaan yang tidak/belum
dipergunakan dengan harapan dapat memperoleh keuntungan, baik berupa capital
gain (kenaikan nilai investasi) maupun dividen (bagian keuntungan) atau bunga. Kepemilikan surat-surat berharga
ini direncanakan dalam jangka waktu panjang. Kalau kepemilikan surat berharga
direncanakan dalam jangka pendek (diperjualbelikan) maka investasi jenis ini
termasuk aktiva lancar.
©
Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Aktiva tetap adalah
berbagai jenis aktiva yang dapat digunakan lebih dari satu periode operasi
perusahaan. Aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu aktiva
tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud adalah
aktiva yang memiliki wujud fisik tertentu sehingga dapat diamati. Contoh dari
aktiva tetap berwujud adalah tanah, gedung, peralatan (equipment), kendaraan
dan sebagainya. Sedangkan aktiva tetap tak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik, tetapi
memiliki nilai ekonomis. Contoh aktiva tetap tidak berwujud adalah
goodwill, hak patent, merek dagang, dan sebagainya.
2) Kewajiban (liabilities)
Kewajiban
atau hutang (liabilities) adalah
pengorbanan manfaat ekonomis di masa yang akan datang sebagai akibat dari
transaksi masa lalu. Kewajiban ini dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu
hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Pengklasifikasian jangka pendek dan jangka panjang
didasarkan pada jangka waktu pelunasannya. Jika pelunasan hutang yang dimaksud
adalah satu tahun atau dalam satu periode siklus operasi perusahaan mana yang
lebih panjang, dari tanggal neraca maka akan dikelompokkan dalam hutang jangka
pendek. Sebaliknya, jika tidak memenuhi kreteria tersebut dikelompokkan ke
dalam hutang jangka panjang. Contoh hutang lancar adalah: hutang usaha (account payable), hutang wesel (notes payable), hutang pajak (Taxes payable), hutang biaya, dan
sebagainya. Contoh hutang jangka panjang adalah: hipotik dan hutang obligasi.
c) Modal Pemilik (owner’s equity)
Modal
pemilik adalah hak atau klaim pemilik atas aktiva yang dimiliki perusahaan atau
organisasi bisnis. Pada perusahaan
perseorangan, modal pemilik ditunjukkan oleh satu akun modal. Pada perusahaan
persekutuan (firma atau komanditer) modal pemilik ditunjukkan oleh dua atau
lebih akun modal. Sedangkan pada perusahaan bentuk perseroan maka modal pemilik
ditunjukkan oleh akun modal saham (capital
stocks), saldo laba (retained earning),
agio/disagio saham dan sebagainya.
Ingatlah kembali bahwa penyajian komponen-komponen
neraca tersebut secara umum ada dua macam, yaitu: bentuk rekening huruf T atau bentuk
horisontal dan bentuk laporan atau bentuk vertikal. Contoh penyusunan neraca.
Lihat kembali data keuangan Salon Sekarkedaton dan Penjahit Rapi. Dari data
tersebut, jika disusun neraca bentuk skontro tampak sebagai berikut:
Contoh:
Neraca Bentuk T
Salon Sekarkedaton
|
|||||
Neraca
|
|||||
Per 31 Januari 2007
|
|||||
|
|
|
|
|
|
Aktiva Lancar
|
|
|
Hutang Lancar
|
|
|
Kas
|
Rp
|
1.667.500
|
Hutang
Usaha
|
Rp
|
500.000
|
Piutang
Usaha
|
Rp
|
150.000
|
Hutang
Wesel
|
Rp
|
750.000
|
Perlengkapan/Supplies
|
Rp
|
200.000
|
Jumlah Hutang
|
Rp
|
1.250.000
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
Rp
|
2.017.500
|
|
|
|
Aktiva Tetap
|
|
|
Modal
|
Rp
|
1.567.500
|
Peralatan
|
Rp
|
800.000
|
|
Rp
|
|
Jumlah aktiva
|
Rp
|
2.817.500
|
Jumlah Pasiva
|
Rp
|
2.817.500
|
Jika neraca Salon Sekarkedaton yang disusun dalam
bentuk skontro tersebut diubah menjasi bentuk stafel atau horisontal, maka akan
tampak seperti berikut ini.
Salon Sekarkedaton
|
||
Neraca
|
||
Per 31 Januari 2007
|
||
Aktiva Lancar
|
|
|
Kas
|
Rp
|
1.667.500,00
|
Piutang
Usaha
|
Rp
|
150.000,00
|
Perlengkapan/Supplies
|
Rp
|
200.000,00
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
Rp
|
2.017.500,00
|
Aktiva Tetap
|
|
|
Peralatan
|
Rp
|
800.000,00
|
Jumlah aktiva
|
Rp
|
2.817.500,00
|
|
|
|
Hutang Lancar
|
|
|
Hutang
Usaha
|
Rp
|
500.000,00
|
Hutang
Wesel
|
Rp
|
750.000,00
|
Jumlah Hutang Lancar
|
Rp
|
1.250.000,00
|
|
|
|
Modal
|
Rp
|
1.567.500,00
|
|
|
|
Jumlah Pasiva
|
Rp
|
2.817.500,00
|
Baik disusun
dalam bentuk skontro maupun dalam bentuk stafel, neraca harus menggambarkan
informasi yang sama. Seperti contoh neraca milik Salon Sekarkedaton di atas,
informasi yang disajikan sama. Memang contoh informasi yang termuat dalam
neraca tersebut masih sangat sederhana. Contoh neraca yang memberi informasi sudah
relatif kompleks, berikut ini disajikan
neraca milik usaha servis murah.
Contoh: Neraca Bentuk T
Servis
Radio Murah
|
|||||
Neraca
|
|||||
Per
31 Desember 2006
|
|||||
|
|
|
|
|
|
Aktiva Lancar
|
|
|
Hutang Lancar
|
|
|
Kas
|
|
623.000
|
Hutang dagang
|
|
425.000
|
Piutang Usaha
|
425.000
|
|
Hutang Wesel
|
|
500.000
|
Cadangan
piutang tak tertagih
|
-25.000
|
|
Hutang pajak
penghasilan
|
|
125.000
|
|
|
400.000
|
Gaji terutang
|
|
135.000
|
Piutang
|
|
500.000
|
Jumlah Hutang Lancar
|
|
1.185.000
|
Supplies
|
|
135.000
|
|
|
|
Asuransi
dibayar dimuka
|
|
175.000
|
Hutang Jangka Panjang
|
|
|
Sewa yang masih
harus diterima
|
|
145.000
|
Hutang Obligasi
|
|
2.500.000
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
|
1.97.000
|
|
|
|
Investasi Jangka
Panjang
|
|
|
Modal Pemilik:
|
|
|
Investasi
dalam saham PT Telkom
|
|
1.100.000
|
Modal Tuan Murahadi
|
|
6.693.000
|
Aktiva Tetap
|
|
|
|
|
|
Tanah
|
|
1.500.000
|
|
|
|
Gedung
|
3.500.000
|
|
|
|
|
Akumulasi penyusutan gedung
|
-650.000
|
|
|
|
|
|
|
4.150.000
|
|
|
|
Peralatan
|
1.500.000
|
|
|
|
|
Akumulasi penyusutan peralatan
|
-150.000
|
|
|
|
|
|
|
1.650.000
|
|
|
|
Jumlah Aktiva Tetap
|
|
7.300.000
|
|
|
|
Jumlah Aktiva
|
|
10.378.000
|
Jumlah Hutang + Mo
|
dal
|
10.378.000
|
Perlu diingat bahwa penyajian aktiva
lancar didalam neraca disesuaikan dengan tingkat kelancarannya. Artinya aktiva
lancar yang paling lancar disajikan terlebih dahulu baru disusul oleh yang
kurang lancar. Amati contoh neraca di atas. Lain halnya dengan aktiva tetap, penyajiannya disusun menurut tingkat
keabadiannya. Aktiva yang paling abadi (tetap) disajikan terlebih dahulu baru
disusul dengan penyajian aktiva tetap yang kurang/tidak abadi. Hutang
disajikan di dalam neraca diatur menurut tingkat kelancarannya. Hutang yang harus segera dilunasi disajikan
terlebih dahulu
Jika
neraca itu disusun dalam bentuk stafel, maka akan menjadi sebagai berikut ini.
Servis
Radio Murah
|
||
Neraca
|
||
Per
31 Desember 2006
|
||
Aktiva Lancar
|
|
|
Kas
|
|
623.000
|
Piutang Usaha
|
425.000
|
|
Cadangan
piutang tak tertagih
|
-25.000
|
|
|
|
400.000
|
Piutang
|
|
500.000
|
Supplies
|
|
135.000
|
Asuransi
dibayar dimuka
|
|
175.000
|
Sewa yang masih
harus diterima
|
|
145.000
|
Jumlah Aktiva Lancar
|
|
1.978.000
|
Investasi Jangka
Panjang
|
|
|
Investasi
dalam saham PT Telkom
|
|
1.100.000
|
Aktiva Tetap
|
|
|
Tanah
|
|
1.500.000
|
Gedung
|
3.500,000
|
|
Akumulasi penyusutan gedung
|
-650.000
|
|
|
|
4.150.000
|
Peralatan
|
1.500.000
|
|
Akumulasi penyusutan peralatan
|
-150.000
|
|
|
|
1.650.000
|
Jumlah Aktiva Tetap
|
|
7.300.000
|
Jumlah Aktiva
|
|
10.378.000
|
|
|
|
Hutang Lancar
|
|
|
Hutang dagang
|
|
425.000
|
Hutang Wesel
|
|
500.000
|
Hutang pajak
penghasilan
|
|
125.000
|
Gaji terutang
|
|
135.000
|
Jumlah Hutang Lancar
|
|
1.185.000
|
|
|
|
Hutang Jangka Panjang
|
|
|
Hutang Obligasi
|
|
2.500.000
|
|
|
|
Modal Pemilik:
|
|
|
Modal Tuan
Murahadi
|
|
6.693.000
|
|
|
|
Jumlah Hutang + Modal
|
|
10.378.000
|
Dalam praktiknya banyak kita jumpai
neraca yang disusun dalam bentuk skontro. Namun bukan berarti bahwa tidak ada
neraca yang disusun dalam bentuk stafel.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi
0 komentar:
Post a Comment