-->

Melakukan penanganan bibit (anak unggas petelur) yang baru datang

Setelah mengalami perjalanan dari tempat penetasan ke tempat pemeliharaan, kondisi bibit unggas harus mendapat perlakuan yang tepat. Perlakuan hari pertama berpengaruh pada tahap pemeliharaan selanjutnya. Ada dua penyebab kematian anak ayam pada minggu pertama pemeliharaan akibat kesalahan pemeliharaan awal. Pertama kurangnya distribusi air dan tempat minum sehingga bibit mengalami kesulitan mendapatkan air minum pada 24 jam pertama pemeliharaan. Kedua, temperatur pemanas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Berikut diuraikan penanganan bibit unggas  pada hari pertama pemeliharaan dalam kandang indukan:  Disini kami  bedakan menjadi dua kelompok yaitu

1) Penanganan awal/ pertama  Yaitu penanganan yang harus secepatnya dikerjakan, begitu bibit unggas dimasukkan dalam kandang indukan (brooding ring), tujuannya agar bibit tidak terlalu lama stress yang akan mengganggu  kesehatan dan pertumbuhannya. Penanganan tersebut adalah :    

a) Membantu/melatih  bibit unggas  minum air gula Bibit unggas  harus segera mendapatkan air minum, begitu di masukkan dalam kandang indukan, sehingga dengan cepat dapat memulihkan kondisi fisik setelah perjalanan. Oleh sebab itu , air minum disiapkan sebelum kendaraan pengangkut bibit unggas  tiba.  Air yang akan digunakan harus sudah disanitasi satu hari (24 jam) sebelum bibit unggas datang menggunakan kaporit. Selanjutnya, air ini dicampur vitamin dengan perbandingan sesuai label kemasan. Pilihan lain sebagai pengganti vitamin adalah air larutan gula. Sebagai patokan, larutan gula diperoleh dari perbandingan campuran air satu liter dengan 1 sendok makan gula pasir atau gula merah. Air larutan gula ini juga dapat cepat memulihkan tenaga. Pada saat bibit unggas tiba, air minum sudah tersedia dalam kandang indukan, dengan suhu lebih besar dari 18 0C. 
Pada umumnya setelah dimasukkan dalam  brooding, secara naluri anak unggas tersebut akan mencari tempat minum. Namun demikian, ada juga sebagian (DOC/DOD/DOQ) yang harus dibantu dalam mencari dan melatih minum. Membantu melatih bibit unggas minum air gula dapat dilakukan dengan memasukkan paruhnya ke dalam air minum yang telah tersedia. 

Tempat minum yang digunakan sebaiknya mengunakan tempat minum untuk DOC, namun apabila tidak ada,  boleh menggunakan tempat minum untuk ayam (besar). Namun  apabila terlalu besar akan mengakibatkan anak unggas akan masuk ke dalam air. Agar DOC tidak masuk ke dalam tempat minum, maka tempat minum diberi batu-batu kecil atau kerikil. Pengisian tempat minum hendaknya tidak penuh tapi cukup 2/3 saja.  Tempat minum hendaknya dijaga kebersihannya dengan cara mencucinya setiap pemberian air minum atau 2 kali per hari.  
Berbeda dengan  DOC ras petelur,  DOC kampung maupun DOD, kebutuhan tempat pakan dan tempat minum hampir sama yaitu 75 ekor per unit chicken found (tempat minum anak ayam), namun karena DOQ lebih kecil maka kapasitasnya lebih banyak yaitu 500 ekor untuk 500 ekor.  Air minum ini harus selalu tersedia setiap saat, namum tidak terlalu banyak sehingga tidak cepat habis. Sebagai patokan, untuk pemeliharaan 100 ekor membutuhkan air minum 10-15 liter

b) Membantu bibit unggas memberi pakan dua sampai empat jam setelah bibit unggas minum, tuangkan pakan sedikit demi sedikit ke dalam tempat pakan ceper (chick feeder tray). Pakan dituangkan tidak terlalu penuh, sekitar 1/3 tinggi tempat pakan dan diratakan agar tidak mudah tumpah. Beri DOC pakan setiap 3 jam sekali atau 6-9 kali per hari. sedangkan air minum harus disediakan setiap saat dalam jumlah sesuai perkiraan kebutuhan.

Perhatikan agar pakan tidak dibiarkan habis, sehingga yang tersisa dalam tempat pakan adalah sekam. Hal ini akan menyebabkan konsumsi pakan tidak mencapai target dan berpengaruh terhadap target pencapaian bobot badan. Kebiasaan ayam adalah mematukmatuk dan mengais sekam, sehingga pakan dalam tempat pakan tercampuri sekam. Sekitar 3 jam sekali, sebelum pakan habis, kumpulkan pakan sisa lalu ayak dan simpan di tempat sendiri. Tambahkan pakan baru ke tempat pakan sisa tersebut, dan dapat diberikan kembali pada unggas.
Perhatikan pula, agar semua ayam mendapat makan dan minum dengan cukup. Usahakan ayam tidak menumpuk di beberapa tempat pakan saja, sehingga anak ayam berdesakan dan tidak mendapat cukup pakan. Jika ini terjadi, bantu dengan menggiring ayam supaya menyebar di seluruh tempat pakan dalam kandang. Jika masih ada anak ayam yang kesulitan mendapat makan, berarti tempat pakan harus ditambah.

c) Mengontrol tempat pakan Anak unggas yang baru menetas sampai umur 5 hari, tempat pakan masih menggunakan bentuk bundar dan pipih yang disebut “chik feeder tray” atau menggunakan box bekas DOC. Jumlah pakan yang diberikan tidak perlu dibatasi. Frekwensi pemberian pakan adalah minimal 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari, namun semakin sering semakin baik . Setelah melewati hari ke 7, tempat pakan bentuk bundar tersebut diganti dengan tempat pakan yang berbentuk memanjang.

Pada saat pengisian pakan ke tempat pakan hendaknya dilakukan secara hati-hati supaya pakan  tidak tumpah di litter.  Pakan yang tercampur dengan sekam & koran dapat dikumpulkan dalam satu tempat untuk diayak, bekas ayakan jangan dibuang kembali ke  litter. Konsumsi pakan minggu pertama sangat menentukan bobot badan di awal minggu & pertumbuhan di minggu berikutnya. 
Usahakan konsumsi pakan di minggu pertama mencapai standar. Kandungan nutrisi ransum harus lengkap & seimbang  Perhatikan kandungan nutrisi mikro essensial, seperti asam amino, mineral & vitamin. Kualitas pakan starter  lebih baik dari pada pakan finisher. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah  jenis unggasnya, kualitas bibit (DOCDOD, DOQ),  suhu brooding, kepadatan kandang, tatalaksana pemberian pakan,  strain  ayam  atau (jenis itik/ jenis puyuh) dan sex (jenis kelamin).

2) Penanganan lanjutan atau penanganan kedua setelah kita yakin bahwa semua  bibit dapat makan dan minum dengan  baik, maka  penanganan selanjutnya adalah mengontrol suhu brooding, Mengatur lampu penerangan dan cahaya, mengontrol kondisi bibit

a) Mengontrol suhu brooding Kontrol suhu di awal brooding perlu dilakukan, minimal  tiap-tiap 2 jam sekali. Terlambat sedikit, dalam pengontrolan akan cukup fatal bagi anak unggas pada proses selanjutnya. Pengaturan suhu sangat penting selama periode brooding, karena suhu tubuh bibit unggas sangat labil.  Sehingga kondisi lingkungan yang terlalu dingin atau terlalu panas akan sangat berpengaruh terhadap ketahanan tubuh bibit unggas tersebut. 

Dalam mengelola periode brooding dari suatu peternakan perlu diketahui data-data tentang kondisi suhu di sekitar kandang. Perlu dipastikan temperatur tertinggi dan temperatur terendah dari lingkungan. Dengan data-data tersebut akan dapat diatur besaran suhu yang harus diberikan pada saat suhu lingkungan ada di titik terdingin maupun di saat titik yang terpanas. Di samping itu, dinamika panas ini akan berpengaruh pula pada pemakaian gas elpiji ataupun sumber panas lainnya di kandang. Sehingga, dengan dilakukannya pengaturan akan dapat mengurangi pemakaian gas elpiji.  Dengan kata lain, lebih efisien.
 Untuk mencapai tujuan tersebut, pemakaian alat bantu seperti termometer, hygrometer memang diperlukan. Tetapi tidak sematamata tergantung pada alat tersebut, karena tubuh kita pun sejatinya dapat digunakan sebagai alat bantu. Apabila suhu lingkungan terlalu panas kita pun akan dapat merasakannya. Di Daerah dingin untuk daerah dengan suhu lingkungan 18oC – 23oC, pengaturan suhu hendaknya dapat diatur sesuai dengan standar yang diharapkan. Misalnya, pemakaian tirai dalam kandang agar suhu hangat tetap dapat dipertahankan. 
Dalam kasus ini, yang dipentingkan kualitas pemanas bukan kuantitas pemanas. Bila pemanas terlalu banyak (dalam hal ini jumlah gasolec) maka DOC tidak akan nyaman meski terasa hangat. Pasalnya, pertumbuhan bisa terhambat, apalagi bila jumlah tempat minum kurang memadai. 
Kontrol kelincahan dan kenyamanan lingkungan merupakan kunci keberhasilan. Karena akan berkorelasi pada feed intake, dan DOC pun tidak kedinginan. Jadi yang lebih penting dilakukan adalah kontrol dari penjaga kandang brooder. Harus jeli kapan kita menaikkan suhu, kapan kita menutup tirai dalam dan kapan kita harus buka tirai dalam. Pada prinsipnya, yang penting kondisi nyaman. 

Pada daerah dingin, bila panas yang diberikan dalam jumlah berlebihan dan tak ada kontrol maka ayam akan dehidrasi akibatnya dapat diduga ayam lemas, intake rendah sehingga rawan pertumbuhannya terhadap gangguan-gangguan penyakit. Sedangkan untuk Daerah Panas Demikian pula di daerah panas meski umur 1 hari, kalaupun suhu kandang terasa panas dan kering maka tirai dapat dibuka, terutama dari arah yang berlawanan asal angin. 

Bila tirai tidak dibuka akan mungkin terjadi dehidrasi yang berdampak pada gangguan pertumbuhan. Gangguan di atas akan terjadi pula pada daerah panas bila kontrol udara kurang baik yang berakibat ayam juga kedinginan dengan akibat yang kurang lebih sama. Kuncinya, hindari saat masa brooding ayam terkena angin secara langsung. Permainan suhu ini perlu juga dilakukan pada petelur saat grower dan layer agar kondisi dalam kandang nyaman. Secara keseluruhan, pentingnya kita melakukan permainan suhu baik pada saat starter, grower, dan layer. Serta pentingnya perawat/pelaku. Produktivitas ayam sangat dipengaruhi suhu lingkungan

b) Mengatur lampu penerangan dan cahaya Lampu penerangan diperlukan DOC baik pada siang hari maupun malam hari. Lampu penerangan akan membantu DOC saat makan dan minum. Adanya penerangan diharapkan memacu nafsu makan DOC dan mempercepat tercapainya bobot badan sesuai standar. 
Sebaliknya, lampu kurang terang menyebabkan pencahayaan dalam kandang menjadi gelap. Ayam banyak yang tidur, nafsu makan kurang sehingga target konsumsi pakan tidak tercapai. Oleh karenanya, biarkan lampu penerangan menyala pada siang maupun malam hari pada saat anak ayam masih dalam indukan
Pemberian cahaya  yang terdapat dalam  lampu penerangan ini, pada periode starter bertujuan  agar ayam dapat mengenal lingkungannya dengan baik, disamping tujuan utamanya adalah untuk memacu pertumbuhan ayam. Faktor yang penting dalam program pencahayaan adalah lama waktu penyinaran, besarnya intensitas cahaya dan kapan pencahayaan tersebut dilakukan. Intensitas cahaya yang diberikan antara 20-40 lux. 

Pada minggu pertama diberikan cahaya selama 24 jam, dengan tujuan agar anak ayam mudah mengenali tempat pakan, tempat air minum dan memacu pertumbuhan.  sedanagkan  Pada saat ayam berumur 1-14 hari, tirai penutup kandang yang berwarna putih dalam keadaan tertutup dan tirai yang berwarna hitam dalam keadaan terbuka sehingga cahaya luar dapat masuk. Pada malam hari, pencahayaan dilakukan menggunakan lampu. Setelah ayam berumur 15 hari tirai penutup dalam keadaan tertutup dan 1-2 kipas dinyalakan.
Setelah ayam berumur 15 minggu maka lama pencahayaan hanya mengandalkan sinar matahari (12 jam). Tidak perlu penambahan cahaya lampu pada malam hari, dengan tujuan untuk menghambat dewasa kelamin dini dan mencegah ayam kegemukan dengan mengurangi waktu makan ayam. Black out (ruangan dibuat setengah gelap) pada umur 15-17 minggu untuk mengontrol hrmon reproduksi sehingga kematangan organ reproduksi serentak. Untuk lebih jelasnya, lihat  tabel dibawah ini  tentang program pencahayaan untuk ayam  petelur

Perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan untuk satuan luasan kandang dapat dihitung berdasarkan luas kandang, intensitas cahaya, daya lampu dan faktor kontanta. Berikut ini adalah rumus perhitungan jumlah lampu:

Σ lampu = luas kandang x intensitas cahaya/watt lampu : K faktor

K faktor merupakan konstanta yang nilainya tergantung daya lampu yang digunakan.

c) Mengontrol kondisi bibit  Anak unggas  masa brooding terutama umur 1-3 merupakan paling rawan, oleh karena itu anak unggas ( DOC/DOD/DOQ)  harus dikontrol kondisinya. Apabila anak unggas  mengumpul di bawah lampu, berarti kurang panas, tapi bila anak unggas  menyebar dan merapat di dinding, berarti terlalu panas. Untuk yang kurang panas, tentu ditambah lampu, demikian juga sebaliknya.

Hindari mati listrik pada masa indukan, kematian masal sering terjadi pada saat mati listrik akibat anak unggas saling menumpuk. Bila ada anak unggas yang terlihat lesu, tidak mau makan dan minum, segera pisahkan pada kandang lain. Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan.
Pengamatan kondisi anak unggas  ini sebaiknya   dilakukan setiap 2 jam sekali atau kurang dari itu. Pengamatan ini terus menerus dilakukan sampai unggas  siap panen. Namun untuk pengontrolan unggas yang sudah besar cukup  1 atau 2 kali dalam  sehari, untuk mengetahui bagaimana kondisi pertumbuhan dan perkembangan unggas tersebut. Jadi pengamatan kondisi unggas dimulai sejak ayam dimasukkan dalam brooding ring  sampai ayam dipanen. Pada fase starter biasanya pengamatan dilakukan dengan melihat apakah anak unggas dalam keadaan kedinginan atau kepanasan. Apabila anak unggas dalam kondisi kedinginan biasanya anak unggas bergerombol saling bertumpukan. Dalam kondisi anak unggas saling bertumpuk atau saling tindih dapat menyebabkan anak unggas mati  yang akhirnya  dapat menyebabkan kerugian bagi peternak



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Our Akuntansi


0 komentar:

Post a Comment